Connect with us

Metro

Resmi Beroperasi, Begini Cerita Pedagang Pasar Legi

Published

on

Solo – Jelang peresmian Pasar Legi Kamis (20/1) mendatang, geliat aktivitas di gedung baru pasar yang terletak di Jalan Letjen S. Parman, Kota Surakarta ini mulai ramai. Para pedagang yang selama ini menempati pasar darurat di belakang bangunan baru memang diberi batas waktu hingga Senin (17/1) untuk menempati kios mereka.

Bangunan baru Pasar Legi terdiri dari 3 lantai dengan 306 kios, 2.190 unit los dan 250 unit los bagi pedagang pelataran. Bangunan yang didirikan dengan biaya APBN sebesar Rp 104 miliar itu memang terlihat besar dan luas, namun para pedagang punya cerita lain.

“Di sini masih sepi pembeli, hari Minggu kemarin saya hanya dapat Rp 9.000”, ujar Parni, pedagang sayur. Sepinya pembeli sebenarnya umum terjadi dalam relokasi pasar. Biasanya kondisi ini berangsur-angsur membaik. Namun bagi pedagang seperti Parni dan ratusan pedagang lainnya yang menggantungkan hidup dari pendapatan harian di pasar, satu hari tentu sangat berarti. Kekhawatiran akan sepinya pelanggan di gedung baru menjadi salah satu penyebab mengapa belum semua pedagang pindah ke tempat ini. Mereka lebih memilih berjualan di pasar darurat yang kondisinya sangat minim. Hingga akhir pekan kemarin, baru 80% pedagang menempati Pasar Legi.

Lain lagi masalah yang ditemui Viktor, “Titik bongkar muat jauh dan tangga terjal, yang mengeluh bukan hanya kuli panggul yang harus menghabiskan waktu dan tenaga hingga tiga kali lipat, tapi juga pelanggan yang sering mengeluh kesulitan naik turun membawa belanjaan,” kata pedagang garam ini.

Viktor bukan satu-satunya yang mengeluhkan tentang curamnya tangga. Permasalahan ini pun sudah ditanggapi oleh Pemerintah Kota Solo. “Saya sarankan teman-teman memanfaatkan jalur ramp yang tersedia”, ujar Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka. Saran ini menyusul pengukuran ulang konstruksi tangga yang menunjukkan bahwa lebar anak tangga (antrede) 30 cm dan tinggi anak tangga (optride) 18 cm masih masuk dalam kisaran normal.

Ramp yang dimaksud Gibran adalah jalur miring yang menghubungkan antar lantai yang diperuntukkan bagi penyandang disabilitas maupun lansia. Namun persoalan baru kemudian diperkirakan akan muncul apabila ramp digunakan oleh kuli panggul maka penyandang disabilitas dan lansia akan terpinggirkan. Belum lagi kondisi ramp yang basah dan licin karena terkena air hujan yang tampias.

Struktur bangunan pasar yang luas di satu sisi menjadi fasilitas yang nyaman bagi para pedagang, namun di sisi lain menimbulkan kebingungan akses keluar masuk baik bagi pedagang maupun pelanggan. “Akses ke dalam los cukup jauh dan memutar. Kendala banget setiap harus mengangkut dagangan”, ujar Padmi, pedagang ikan asin. Pegawai kiosnya harus mengangkut minimal 50 kg barang dagangan ke kendaraan pembeli dan ini dilakukan berkali-kali setiap harinya. Menurut Padmi, kondisi di pasar darurat lebih ideal karena akses antara pedagang dan pembeli lebih dekat sehingga pasar darurat menjadi lebih ramai.

Aneka masalah ini masih ditambah dengan persoalan blower exhaust kencang yang dikeluhkan seorang pedagang pasar yang harus mengadu ke Walikota karena keluhannya tidak digubris pengelola pasar.

Namun tidak semua pedagang mengalami kendala dengan bangunan pasar baru ini. “Posisi kios cukup strategis. Enaknya gedung bagus dan teratur. Dulu kalau pindahan ke pasar darurat enggak langsung ada pembeli. Di sini pindah pasar baru langsung ada pembeli”, kata Yeni, pedagang daging sapi yang sudah 30 tahun berjualan di Pasar Legi.

Tantangan dan perlunya melakukan penyesuaian oleh berbagai pihak sebenarnya umum terjadi pada proses pemindahan atau relokasi. Namun seringkali memang pembangunan fisik dirancang dan dilakukan secara parsial tidak bersamaan dengan perencanaan pembangunan dan pengelolaan non-fisik yang mengarah pada sistem yang dapat memberi manfaat berkelanjutan. Kini para pedagang, kuli angkut dan pelanggan Pasar Legi yang baru masih terus menanti kapan bangunan yang megah dan luas ini bisa memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi mereka.

Pasar Legi terbakar pada akhir 2018, sekitar 250 kios saat itu habis dilalap api. Pembangunan gedung pasar yang baru dimulai November 2021 dan telah diserahterimakan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kepada Pemerintah Kota Solo November 2021 lalu. Peresmian pasar ini akan dilaksanakan Kamis (20/1)

Continue Reading

Metro

Gandjar Laksmana Bonaprapta, S.H., M.H.Hadiri Acara Seminar Anti Korupsi Tema Satukan Aksi Basmi Koropsi

Published

on

By

Jakarta, 5 November 2025,– Dalam rangkaian Road to Hari Anti Korupsi Sedunia (Hakordia) 2025, tokoh antikorupsi Gandjar Laksmana hadir sebagai narasumber utama dalam diskusi publik yang mengangkat isu strategis mengenai gratifikasi dan dampaknya terhadap ekosistem pemberantasan korupsi di Indonesia.

Dalam wawancara awak media Gandjar Laksmana menegaskan bahwa gratifikasi merupakan akar dari berbagai praktik korupsi, karena budaya memberi dan menerima sesuatu di luar ketentuan sering menjadi pintu masuk terjadinya penyimpangan.

“Gratifikasi itu akar masalah korupsi. Dan akar dari gratifikasi adalah diskriminasi. Salah satu penyebab diskriminasi adalah adanya benturan kepentingan, ketika seseorang lebih mengedepankan dirinya dan kelompoknya daripada kepentingan umum,” tegas Gandjar.

Ia menjelaskan, benturan kepentingan menjadi salah satu faktor paling berbahaya karena menciptakan ruang ketidakadilan, membuka celah manipulasi kebijakan, serta mengikis objektivitas pejabat publik.

Gandjar mengingatkan bahwa upaya pemberantasan korupsi tidak akan efektif apabila para pemangku kewenangan masih terbiasa menerima gratifikasi, baik dalam bentuk materi, fasilitas, maupun layanan khusus.

“Kenapa ini penting? Karena tidak mungkin korupsi bisa diberantas oleh pejabat atau orang-orang yang terbiasa menerima sesuatu, terlepas dari cukup atau tidak cukup gajinya,” ujarnya.

Dalam forum tersebut, Gandjar mendorong perlunya perubahan kultur birokrasi dan penguatan integritas, bukan hanya sekadar penindakan. Menurutnya, pemberantasan korupsi memerlukan komitmen kolektif, terutama dari mereka yang memiliki kewenangan dalam pelayanan publik, pengambilan keputusan, hingga proses perizinan.

Kegiatan Road to Hakordia 2025 menjadi momentum untuk menyatukan aksi dan meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya menolak segala bentuk gratifikasi, diskriminasi, dan benturan kepentingan sebagai langkah awal membasmi korupsi dari hulu.

Dengan mengusung tema “Satukan Aksi, Basmi Korupsi”, acara ini diharapkan menjadi pemantik gerakan nasional yang konsisten, berkelanjutan, dan melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Continue Reading

Metro

Fajar Aldila, S.H., M.Kn.Wakil Bupati Sumedang komitmennya untuk Percepat Pengembangan Minat dan Potensi Masyarakat di Kabupaten Sumedang Melalui Manfaat Teknologi Digital Terbaru

Published

on

By

Jakarta – M. Fajar Aldila, S.H., M.Kn. menegaskan komitmennya untuk mempercepat pengembangan minat dan potensi masyarakat di Kabupaten Sumedang melalui pemanfaatan teknologi digital terbaru, khususnya implementasi IPv6 Enhanced dan Net 5.5G. Hal ini disampaikan dalam agenda IPv6 Enhanced Net5.5G Conference: Transformasi Digital, sebuah forum yang menghadirkan para pemimpin daerah, pakar teknologi, dan pelaku industri.Kamis (4/12/2025)

Dalam pernyataannya, Wakil Bupati menekankan bahwa Sumedang saat ini membutuhkan strategi konkret dan terukur untuk memastikan masyarakat tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pelaku aktif yang memanfaatkan digitalisasi untuk pendidikan, ekonomi, dan inovasi lokal.

“Pengembangan minat masyarakat di Sumedang harus berbasis pada kemampuan digital. Dengan hadirnya teknologi IPv6 Enhanced dan Net5.5G, kita punya peluang besar untuk melahirkan talenta-talenta baru, UMKM digital, serta layanan publik yang lebih cepat, mudah, dan inklusif,” ujar Fajar Aldila.

Fajar Aldila menegaskan beberapa langkah strategis untuk mendorong keterlibatan masyarakat menuju transformasi digital, antara lain:

1. Memperkuat literasi digital mulai dari desa hingga kota.
2. Membuka ruang pengembangan minat khusus seperti teknologi, seni digital, konten kreatif, dan kewirausahaan.
3. Mendorong UMKM lokal masuk ke ekosistem digital dengan akses konektivitas yang lebih cepat dan stabil.
4. Membangun infrastruktur jaringan yang modern berbasis IPv6 Enhanced sebagai tulang punggung smart city.
5. Kolaborasi dengan pemerintah pusat, operator telekomunikasi, dan pelaku industri untuk memperluas akses dan meningkatkan kualitas jaringan.

Dengan kehadiran teknologi Net5.5G, Kabupaten Sumedang berpotensi menjadi salah satu daerah dengan transformasi digital paling progresif di Jawa Barat. Teknologi tersebut memungkinkan:

* Koneksi internet ultra-responsif untuk pendidikan, layanan publik, hingga industri kreatif.
* Peningkatan efisiensi data untuk mendukung smart governance.
* Akselerasi inovasi di sektor pertanian, kesehatan, dan ekonomi kreatif.

“Kami ingin memastikan bahwa seluruh masyarakat—khususnya generasi muda—mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan minat dan potensi mereka. Transformasi digital bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan masa depan Sumedang,” tambahnya.

Melalui konferensi ini, pemerintah daerah Sumedang menegaskan komitmennya untuk bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan dalam membangun ekosistem digital yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan. Transformasi digital bukan hanya soal teknologi, tetapi tentang memperluas kesempatan, memperkuat kreativitas, dan menciptakan kesejahteraan masyarakat.

Continue Reading

Metro

Letkol Czi Wahyu Wuhono Widhi Nugroho, S.H.,M.Sc(IR)., M.SS (Komandan Batalyon Zeni Tempur 5/ABW) : Film “Timur” Menjadi Gerbang Baru Bagi Kolaborasi Lintas Sektor Militer, Budaya, dan Industri Seni

Published

on

By

Jakarta – Letkol Czi Wahyu Wuhono Widhi Nugroho, S.H.,M.Sc(IR)., M.SS (Komandan Batalyon Zeni Tempur 5/ABW) seusai nonton Gala Premier “TIMUR” yang di produksi oleh Uwais Pictures dan di sutradarai oleh Iko Uwais, di temui awak Media Online di Bioskop XXI Epicentrum Jakarta pada hari Kamis, 4 Deaember 2025.

Letkol Czi Wahyu Wuhono Widhi Nugroho, S.H.,M.Sc(IR)., M.SS (Komandan Batalyon Zeni Tempur 5/ABW), menyampaikan apresiasi dan dukungan kuat terhadap kolaborasi antara dunia seni film dengan institusi militer dalam penayangan perdana film laga nasional “Timur”. Menurutnya, kerja sama ini bukan hanya memberikan kebanggaan, tetapi juga menjadi bagian dari perjalanan sejarah baru perfilman Indonesia.

Dalam keterangannya, Letkol Wahyu menegaskan bahwa hadirnya film “Timur” merupakan inspirasi yang lahir dari semangat Inso Racer sebuah simbol kolaborasi, sportivitas, dan inovasi. Ia menilai bahwa film ini tidak hanya menyuguhkan aksi, tetapi juga membawa nilai budaya yang kuat.

“Kolaborasi ini memberikan kebanggaan tersendiri, menjadi sejarah buat kita semua. Terinspirasi oleh Inso Racer, film ini bukan hanya untuk tentara, tetapi untuk seluruh bangsa Indonesia,” ujar Letkol Wahyu

Lebih lanjut, ia menyoroti bagaimana film “Timur” berhasil mengangkat seni bela diri pencak silat, warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai filosofi dan identitas yang kuat. Melalui penayangan film ini, Letkol Wahyu berharap pencak silat dapat semakin dikenal, diapresiasi, dan dipopulerkan di tingkat dunia.

“Saya kira film ini berusaha mengangkat pencak silat. Di sini muncul budayanya, khazanah budaya Indonesia bisa diperkenalkan dan dipopulerkan ke dunia internasional,” tambahnya.

Penayangan perdana film “Timur” ini turut mendapatkan dukungan dari BNI, yang memberikan angin segar bagi kebangkitan film laga nasional. Kehadiran BNI menjadi bukti komitmen sektor perbankan dalam mendorong kreativitas anak bangsa serta memperkuat ekosistem industri kreatif.

Film “Timur” diharapkan menjadi gerbang baru bagi kolaborasi lintas sektor militer, budaya, dan industri seni yang secara berkelanjutan dapat memperkaya identitas nasional dan membawa perfilman Indonesia ke panggung dunia.

Continue Reading

Trending