Connect with us

Metro

Peringati 65 Tahun Profesor Hermawan Sulistyo Berkarya, Ubhara Jaya Gelar Orasi Kebudayaan

Published

on

Bekasi, 4 Juli 2022 – Memperingati 65 tahun berkarya Prof (Ris) Hermawan Sulistyo, MA, Ph.D, APU, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Ubhara Jaya) menggelar Orasi Kebudayaan bertempat di Auditorium Kampus 2 Ubhara Jaya, Senin Pagi (04/07/2022).

Rektor Ubhara Jaya, Irjen Pol. (Purn) Dr. Drs. Bambang Karsono, S.H., M.M. dalam sambutannya mengawali acara ini mengatakan, ”Acara ini menjadi bentuk apresiasi atas segala bentuk pengabdian, perhatian dan dedikasi Prof (Ris) Hermawan Sulistyo, MA, Ph.D, APU, kepada Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, semoga menjadi amal baik beliau yang tidak pernah terputus,” ucap Rektor.

Acara ini, menurut Rektor Ubhara Jaya, menjadi pembelajaran bagi setiap umat manusia terkait peradaban yang menjadi identitas budaya tertinggi, “Ada sebuah ungkapan menarik dari Samuel Huntington yang menyatakan peradaban adalah entitas budaya paling luas yang menjadi identitas budaya yang membedakan manusia dari species lain,” papar Rektor, seraya menambahkan elemen penting dalam peradaban yang terdiri dari nilai, norma dan cara berpikir yang diwariskan antar generasi.

Untuk itu, Rektor mengatakan Sila ke- 2 Pancasila, “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” telah mengajarkan kita bahwa peradaban tidak dapat lepas dari kemanusiaan yang adil. Menjadi manusia beradab yang harus dimaknai dengan menjadi manusia yang mampu melindungi masyarakat dari ancaman serta keterbatasan yang menghambat untuk memenuhi kebutuhan hidup.

“Menjadi manusia beradab berarti mampu menegakkan keadilan di masyarakat agar tercapai kehidupan yang bermartabat. Hal ini sejalan dengan komitmen Ubhara Jaya yang selalu berupaya agar dalam proses pendidikan yang dilakukannya dan juga para lulusannya memiliki kontibusi positif dan konstruktif di tengah masyarakat,” pungkas Rektor Ubhara Jaya.

Pada kesempatan yang sama, Profesor (Ris) Hermawan Sulistyo, MA, Ph.D, APU dalam orasi kebudayaan dengan mengangkat tema “Pluto Telah Wafat, Collective Violence dalam Trajectory Peradaban” mengulas berbagai peristiwa penting yang terjadi sepanjang peradaban manusia hingga saat ini.

“Dalam menghadapi pilihan pilihan filosofis, ideologis, bahkan keyakinan ilahiyah sepanjang peradaban itu, langkah terbaik adalah menatapnya secara moderat, dan mengutamakan moderasi dalam setiap kejadian-kejadian yang terjadi. Kumpulan dari moderasi praksis, moderasi keyakinan inilah yang diyakini setidaknya akan mengurangi potensi disrupsi peradaban,” papar Prof Hermawan Sulistyo.

Sebagaimana diketahui, Profesor (Ris) Hermawan Sulistyo, MA, Ph.D APU saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Keamanan Nasional Ubhara Jaya yang sangat aktif dalam berbagai kajian riset dan penelitian di bidang keamanan nasional. Profesor Hermawan Sulistyo atau yang akrab disapa dengan sebutan Prof Kikiek juga sangat berperan dalam pengembangan kegiatan pengabdian masyarakat di lingkungan Universitas Bhayangkara Jakarta Raya dalam implementasi kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dengan dukungan kerja sama dalam pembangunan Rumah Transisi Kampus Merdeka Ubhara Jaya di Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat.

Orası Kebudayaan ini dihadiri oleh Ketua Pembina Yayasan Brata Bhakti, Jend.Polisi (Purn) Prof. Dr. Drs Chairuddin Ismail, SH, MH beserta para pembina dan pengurus Yayasan Brata Bhakti, perwakilan para sahabat, rekan kerja, atlet atlet karate yang mendapatkan pembinaan langsung oleh Prof Hermawan Sulistyo serta segenap civitas akademika dań keluarga besar Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.

Continue Reading

Metro

Kadin DKI Jakarta Gelar Hut ke-57

Published

on

By

Jakarta – Kadin DKI Jakarta Gelar merayakan puncak hari jadinya yang ke-57, dengan berbagai kegiatan yang dipusatkan disepanjang Jalan Imam Bonjol, Jakarta.

 

Seperti kehadiran booth atau panggung mini 10 pelaku UMKM, pengecekan gula darah, asam urat dan tensi darah.Minggu (29/12).

 

Selain itu juga digelar giat periksa gigi gratis, donor darah, sarapan gratis dan door prize bagi masyarakat umum. Sementara, rangkaian giat lainnya jelang HUT puncak perayaan Kadin DKI, berupa program makan bergizi gratis, menanam bibit bakau dan giat bersih-bersih hutan mangrove.

 

Diana Dewi Kadin DKI juga akan mendorong program langit biru yang dicanangkan Pemprov DKI dengan cara mengelar MoU dengan perusahaan mobil listrik menuju Jakarta Go Green.

 

“Menyongsong tahun 2025 tentunya kami memiliki semangat yang baru, semangat yang baik dan semangat yang luar biasa. Untuk menunjukkan rasa semangat itu, kami sengaja menggelar kegiatan di ruang publik dan di pusat kota,” ungkapnya.

 

Dengan semangat baru dalam menyongsong 2025 pada tahun kedua di periode kedua kepemimpinannya, Diana Dewi optimistis Kadin DKI bisa membantu pemerintah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.

 

Dekarbonisasi harus lebih cepat dilakukan, oleh sebab itu kami dari kalangan pelaku usaha akan mendorong penggunaan mobil listrik lebih masif lagi. Kita lihat langit Jakarta tidak sedang baik-baik saja, semua harus punya kesadaran yang baik agar polusi terkurangi.

Continue Reading

Metro

Rakyat Lebih Cinta Prabowo, Jika Koruptor Dihukum Mati

Published

on

By

Jakarta – Rakyat indonesia akan lebih cinta kepada Presiden Prabowo Subianto, jika berani merubah hukum yang sontoloyo ini menjadi Hukum yang gagah berani dengan Menyatakan Hukum Mati bagi para Koruptor di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 

Agus Harta Ketua Umum Perkumpulan Gerakan Kebangsaan Di Jakarta menyampaikan, Jika hari ini kepemimpinan Prabowo merasa kesulitan prihal keuangan, ini tidak lain dan tidak bukan sebab akibat dari para koruptor yang terdahulu dan koruptor sekarang ini, masih merajalela dinegri ini, efek kemiskinan dan kemelaratan merekalah pelakunya sekelompok elit konglomerat dan para elite-elite partai politik.

 

Saat menjabat mereka bagai sekelompok kolonial yang berburu kekayaan sumber daya alam dan mencekik sumber daya manusia melalui kenaikan-kenaikan kebutuhan bahan dasar pokok. Jika Prabowo Ingin lebih dicintai rakyat dan pemerintahannya bersih dari para koruptor, maka solusinya adalah Hukum Mati Para Koruptor.

 

Hukum tidak boleh tebang pilih, Muntul Diatas Tajam ke bawah. Tutup Agus Harta

Continue Reading

Metro

Keterangan Menteri Hukum Terkait Amnesti

Published

on

By

Jakarta – Menteri Hukum, Supratman Andi Agtas, memberikan keterangan terkait topik amnesti yang sedang menjadi pembicaraan akhir-akhir ini. Ia mengatakan pemerintah Indonesia tidak ada maksud untuk serta merta membebaskan pelaku tindak pidana, termasuk koruptor.

 

“Yang harus dimengerti oleh kita semua adalah pemerintah tidak bermaksud menggunakan amnesti, grasi, abolisi, untuk sekadar membebaskan para pelaku tindak pidana. Sama sekali tidak,” jelas Supratman di gedung Kementerian Hukum (Kemenkum), Jumat (27/12/2024).

 

Supratman menyebut bahwa sistem hukum Indonesia memungkinkan adanya mekanisme pengampunan terhadap pelaku tindak pidana apa pun. Namun, tidak berarti pemerintah pasti memberikan pengampunan tersebut.

 

Ia menjelaskan bahwa berdasarkan pasal 14 Undang-Undang Dasar 1945 Presiden memiliki kewenangan untuk memberikan grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi. Contoh lainnya adalah dalam Pasal 53k Undang-undang Nomor 11 tahun 2021 tentang Kejaksaan, Jaksa Agung memiliki kewenangan untuk dapat menggunakan denda damai dalam tindak pidana ekonomi.

 

“Sebagai perbandingan, kami  memberikan contoh bahwa memang Undang-undang yang ada di Indonesia mengatur pemberian pengampunan. Tapi sekali lagi, tidak serta merta dilakukan untuk membebaskan pelaku tindak pidana, apalagi koruptor,” jelas Supratman.

 

Terkait dengan hal yang sedang ramai saat ini, pemerintah pernah menggunakan mekanisme pengampunan atas tindak pidana yang berkaitan dengan perekonomian atau keuangan negara, yaitu dalam bentuk tax amnesty atau pengampunan pajak yang telah dilakukan sebanyak dua kali.

 

Supratman mengatakan bahwa saat ini pemerintah tengah menyiapkan aturan tentang mekanisme pengampunan kepada pelaku tindak pidana. Kabinet kerja masih menunggu arahan selanjutnya dari Presiden Prabowo.

 

“Kita butuh regulasi terkait amnesti, grasi, dan abolisi untuk mengatur mekanisme pemberian pengampunan. Kita masih menunggu arahan Bapak Presiden,” ucapnya.

 

Menteri Hukum juga menjelaskan bahwa Presiden dalam menjalankan kewenangan yang diatur konstitusi tentu saja tidak melanggar pasal 55 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Karena Presiden  pasti memberikan amnesti, grasi, abolisi, atau metode pengampunan apa pun akan mengikuti aturan teknis yang berlaku.

 

Biro Hukum, Informasi Publik, dan Kerja Sama

Sekretariat Jenderal Kementerian Hukum

Continue Reading

Trending