Jakarta – Yon Mardiyono sekertaris jenderal IPL yang juga sebagai panitia acara usai acara meyampaikan pentingnya pembinaan sejak dini bagi atlet tenis meja berbakat di Indonesia. Hal ini disampaikan pada acara Indonesia Pingpong League 2025 yang digelar di Balai Sudirman, Jakarta, Jumat (21/2/2025).
Acara tersebut dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Ario Bimo Nandito Ariotedjo, Ketua IPL Letjen TNI M. Saleh Mustafa, Ketua Umum NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari, Ketua Umum KONI Letjen TNI (Purn.) Marciano Norman, serta Sekretaris Jenderal IPL Yon Mardiyono.
Setelah acara, Kurmin Halim menyampaikan harapannya terhadap perkembangan tenis meja Indonesia. Menurutnya, pembinaan atlet harus dilakukan sejak usia dini untuk mencapai prestasi internasional.
“Kita harus melihat perkembangan atlet dalam dua bulan ke depan, bukan hanya sekadar menjalankan program IPL setiap dua bulan sekali. Kita perlu turut mengawasi dan meneliti siapa yang mengalami kemajuan pesat. Dari situ, kita bisa merancang pembinaan jangka menengah dan panjang. Di negara lain, seperti Cina, anak-anak sudah bisa mulai bermain tenis meja pada usia lima atau enam tahun, sedangkan di Indonesia masih banyak yang menganggap usia tujuh tahun terlalu dini,” ungkapnya.
Kurmin menekankan pentingnya pembinaan sejak usia muda agar Indonesia bisa bersaing di kancah internasional. “Jika berbicara jangka pendek, persaingan di tingkat dunia sangat berat. Mungkin kita bisa masuk di level ASEAN, tetapi untuk menembus 50 besar dunia, kita harus memulai pembinaan dari usia dini,” tambahnya.
Ia juga menjelaskan bahwa IPL 2025 akan dilaksanakan dalam delapan zona nasional, bukan berdasarkan provinsi. Klub dari berbagai daerah dapat mendaftar tanpa batasan wilayah tertentu.
“Delapan zona ini harus dikelola dengan baik dan akan bekerja sama dengan berbagai pihak terkait untuk merealisasikannya. Nantinya, data dari setiap kota dan provinsi akan dikumpulkan untuk melihat siapa saja atlet terbaik. Terdapat 44 pertandingan seri, dengan dua grand final yang akan digelar di Jakarta. Dari sini, kita bisa menentukan juara yang sebenarnya,” jelasnya.
Kurmin juga menyoroti pentingnya dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan KONI, dalam pengembangan tenis meja nasional.
“Saya rasa stakeholder seperti KONI dan pemerintah mendukung inisiatif ini karena tujuan utama kita adalah pembinaan atlet, bukan kepentingan lain. IPL juga menjadi ajang penghargaan bagi para atlet, seperti dalam acara IPL Award yang merupakan pertama kali di dunia. Ini adalah bentuk nyata apresiasi kepada atlet dan keluarganya,” ujar Kurmin.
Ia berharap Indonesia Pingpong League 2025 dapat menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan prestasi tenis meja nasional dengan mendorong tumbuhnya klub-klub baru di berbagai daerah.
Ketua Indonesia Pingpong League (IPL) Letjen TNI Muhammad Saleh Mustafa mengemukakan ajang liga tenis meja IPL 2025 akan menerapkan konsep baru dengan kompetisi liga untuk atlet usia dini (youth).
“Konsep ini sudah kami siapkan untuk semakin menghidupkan tenis meja di masyarakat,” kata Muhammad Saleh Mustafa dalam acara IPL Award 2025 di Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan, ajang IPL untuk atlet usia dini itu akan diselenggarakan di berbagai wilayah seperti Palembang, Pontianak, Banten, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Makassar.
Dengan hadirnya konsep baru tersebut, pihaknya berharap banyak bermunculan atlet-atlet tenis meja yang muda dan potensial, yang ke depan dapat berprestasi memajukan tenis meja Indonesia hingga ke level internasional.
Mustafa mengatakan, selain kompetisi untuk usia dini, kompetisi IPL 2025 untuk kategori elit yang sudah memulai musim pertama pada 2024 akan tetap dilanjutkan pada 2025.
Pada musim pertama, kata dia, sudah diikuti 27 klub dan bagi klub-klub yang akan masuk pada musim 2025 akan mengikuti sistem pendataan atau ranking yang mengikuti standar dari International Table Tennis Federation,” tutupnya.
Mantan atlet legendaris tenis meja, Anton Suseno, berharap olahraga pingpong mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah, khususnya di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Prabowo Subianto. Harapan ini ia sampaikan saat menghadiri ajang Indonesia Pingpong League (IPL) 2025 di Balai Sudirman, Jakarta, pada Jumat (21/2/2025). Anton juga mengapresiasi adanya IPL sebagai ajang pencarian bakat atlet muda berbakat di cabang olahraga tersebut.
Selain Anton Suseno, yang merupakan satu-satunya wakil Asia Tenggara dalam cabang tenis meja di Olimpiade Barcelona 1992, Atlanta 1996, dan Sydney 2000, acara tersebut turut dihadiri sejumlah tokoh penting. Di antaranya, yang mewakili Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Ario Bimo Nandito Ariotedjo, Ketua IPL Letjen TNI M. Saleh Mustafa, Ketua Umum NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari, Ketua Umum KONI Letjen TNI (Purn.) Marciano Norman, serta Sekretaris Jenderal IPL Yon Mardiyono.
Dalam keterangannya kepada media, Anton menekankan pentingnya pembinaan atlet tenis meja secara berkelanjutan agar Indonesia kembali memiliki wakil di Olimpiade. “Targetnya harus jelas, kita perlu scouting atlet yang benar-benar potensial. Selain itu, perlu dukungan pelatih terbaik, serta strategi pengelolaan anggaran agar pembinaan berjalan optimal. Kita sudah 30 tahun tidak memiliki wakil di Olimpiade sejak saya terakhir berpartisipasi tahun 2000. Harapannya, kita bisa segera melahirkan generasi baru yang mampu bersaing di tingkat internasional,” ujar Anton.
Ia juga menyoroti tantangan utama dalam mengembangkan tenis meja di Indonesia, yaitu minimnya ketertarikan generasi muda dibandingkan dengan cabang olahraga lain seperti sepak bola dan bola basket. Menurutnya, salah satu strategi untuk menarik minat anak muda adalah dengan menghadirkan idola baru dalam dunia tenis meja serta memperkuat peran pelatih dalam membina atlet sejak usia dini.
“Kita butuh figur inspiratif di tenis meja agar anak-anak tertarik menekuni olahraga ini. Selain itu, dukungan dari orang tua juga sangat penting dalam proses pembinaan atlet muda. Di bulutangkis, kita bisa terus mencetak generasi emas yang meraih medali Olimpiade. Hal yang sama seharusnya juga bisa kita capai di tenis meja jika sistem pembinaan berjalan dengan baik,” jelasnya.
Anton juga berharap pemerintah Prabowo Subianto dapat lebih mendukung pengembangan tenis meja, baik melalui pendanaan negara maupun melalui pendekatan industri olahraga. “Ada dua tipe pembinaan olahraga, yaitu olahraga sosial yang dibiayai APBN dan olahraga industri yang berkembang dengan sponsor serta investasi. Semoga ke depan, ada perhatian lebih dari pemerintah agar tenis meja bisa lebih maju,” tutupnya.