Connect with us

Metro

Pdt. Sumihar Sinaga : Mengajak Jemaat HKBP Diseluruh Indonesia, khususnya Distrik 21 Banten Aktif Dalam Gerakan Pelestarian Lingkungan

Published

on

Jakarta, 18 Agustus 2025 – Dalam semangat menjaga dan merawat anugerah alam yang tak ternilai, Pdt. Sumihar Sinaga dari HKBP Distrik 21 Banten turut hadir dalam Doa Bersama Merawat Lingkungan Hidup Danau Toba yang digelar di Tugu Proklamasi Jakarta. Kehadiran beliau menjadi penegasan bahwa gereja memiliki peran strategis dalam menggerakkan kepedulian terhadap lingkungan hidup, khususnya Danau Toba yang merupakan warisan alam sekaligus rohani bagi masyarakat Batak.

Dalam sambutannya, Pdt. Sumihar Sinaga menyampaikan bahwa merawat Danau Toba bukan hanya tugas ekologis, tetapi juga tanggung jawab iman.

Danau Toba adalah berkat Tuhan bagi bangsa ini. Jika kita merusaknya, kita menodai kasih Tuhan. Maka, mari kita rawat bersama dengan kasih dan kesadaran spiritual,” ujarnya penuh semangat.

Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh lintas gereja, masyarakat adat, pemuda, dan komunitas lingkungan, dengan agenda utama doa lintas iman, refleksi ekoteologi, dan deklarasi komitmen menjaga kelestarian Danau Toba dari kerusakan lingkungan seperti pencemaran dan eksploitasi berlebihan.

Pdt. Sumihar Sinaga juga mengajak jemaat HKBP di seluruh Indonesia, khususnya Distrik 21 Banten, untuk terlibat aktif dalam gerakan pelestarian lingkungan melalui tindakan nyata, pendidikan ekologi, dan keterlibatan dalam advokasi lingkungan.

Kehadiran beliau membawa pesan kuat bahwa suara gereja harus terus menggema dalam isu-isu lingkungan sebagai bentuk kasih terhadap ciptaan Tuhan.

Continue Reading

Metro

Binton Jhonson Nadapdap Ingatkan Generasi Batak untuk Rawat Danau Toba dan Alam Tapanuli Raya

Published

on

By

JAKARTA– Penatua HKBP Resort Cinere, **Binton Jhonson Nadapdap, S.Sos., M.M.**, tampil sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan *“Long March dan Doa Bersama Merawat Lingkungan Hidup”* di Tugu Proklamasi, Jakarta, Senin (18/8). Kehadirannya menjadi suara penting dalam mengingatkan masyarakat Batak akan tanggung jawab menjaga Danau Toba dan ekosistem Tapanuli Raya.

Dalam aksi yang melibatkan berbagai elemen, mulai dari organisasi masyarakat, tokoh adat hingga jemaat gereja, sejumlah persoalan krusial kembali digaungkan. Di antaranya, kerusakan hutan, pencemaran air Danau Toba, bencana ekologis yang kian sering terjadi, serta kriminalisasi masyarakat adat yang memperjuangkan haknya.

Binton menegaskan, upaya menyelamatkan lingkungan bukan hanya sekadar menjaga alam, melainkan juga menyangkut keberlangsungan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat sekitar.

“Bumi ini adalah warisan untuk anak cucu kita. Orang Batak harus bersatu dalam perjuangan besar ini. HKBP bersama jemaat tentu terpanggil untuk menjaga Danau Toba agar tetap lestari, bukan hanya demi ekosistem, tapi juga demi generasi mendatang,” ungkapnya kepada media.

Lebih jauh, ia menilai keberlanjutan lingkungan justru dapat membuka peluang lapangan kerja baru yang ramah alam. Oleh karena itu, menurutnya, semua pihak—pemerintah, pengusaha, tokoh masyarakat, hingga jemaat—harus duduk bersama, agar persoalan lingkungan tidak hanya dilihat dari kacamata ekonomi.

“Kesehatan lingkungan adalah fondasi ekonomi. Jika alam kita rusak, ekonomi pun akan ikut terguncang,” tegas Binton.

Sebagai tokoh Batak sekaligus kandidat doktor dan politisi, ia menyoroti pentingnya kesadaran kolektif, termasuk dari diaspora Batak yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan mancanegara.

“Enam juta orang Batak memiliki kekuatan luar biasa. Jika kita bersatu, kita mampu melindungi hutan, flora-fauna, dan Danau Toba agar tetap menjadi kebanggaan dunia. Jangan hanya mengejar pembangunan fisik, tetapi rawatlah warisan alam ini untuk anak cucu,” ujarnya.

Binton menutup dengan ajakan moral dan spiritual agar seluruh pihak mendukung langkah HKBP, tokoh adat, dan masyarakat dalam menjaga Danau Toba.

  • “Kita tidak boleh membiarkan ada yang tersakiti—baik masyarakat adat maupun alam itu sendiri. Saatnya kita bersatu demi lingkungan, demi kemanusiaan, dan demi masa depan generasi Batak,” pungkasnya.

Continue Reading

Metro

Ketua Umum Partai Kasih Anak Bangsa Serukan Persatuan dan Kepedulian Sosial di Tengah Tantangan Bangsa

Published

on

By

Jakarta, 18 Agustus 2025 — Ketua Umum Partai Kasih Anak Bangsa , Dr. Ester Ice Masberliana Sijabat, menyampaikan pernyataan resmi terkait arah perjuangan partai dalam menjawab berbagai persoalan sosial, ekonomi, dan kemanusiaan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia.

Dalam keterangannya, Dr. Ester menegaskan bahwa Partai Kasih Anak Bangsa akan terus berdiri di garis depan dalam memperjuangkan nilai kasih, keadilan, dan kepedulian terhadap sesama, terutama bagi anak bangsa yang selama ini belum mendapatkan perhatian yang layak.

“Kami hadir bukan hanya sebagai partai politik, tetapi sebagai wadah kasih yang memperjuangkan suara rakyat kecil, anak-anak bangsa yang termarjinalkan, dan mereka yang terpinggirkan dalam sistem,” tegas Dr. Ester.

Ia juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk memperkuat semangat persatuan, menjaga nilai-nilai kemanusiaan, serta aktif dalam membangun solidaritas lintas golongan demi Indonesia yang lebih adil dan bermartabat.

“Saat ini bukan waktunya saling menyalahkan, tetapi saatnya kita saling menopang. Mari bersatu sebagai anak-anak bangsa yang punya kasih untuk negeri ini,” ujarnya.

Dr. Ester juga menegaskan komitmen Partai Kasih Anak Bangsa  dalam membangun politik yang bersih, transparan, dan berbasis pada pelayanan kepada rakyat. Menurutnya, perubahan bangsa hanya bisa terjadi bila seluruh pemimpin dan elemen masyarakat mau bekerja dengan hati, bukan hanya dengan ambisi kekuasaan.

Partai Kasih Anak Bangsa terus mendorong program-program kerakyatan yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat, seperti pendidikan anak-anak prasejahtera, pemberdayaan perempuan, dan pelayanan kesehatan gratis di daerah tertinggal.

“Kami percaya, bangsa ini akan menjadi besar jika setiap anak bangsanya diberi ruang untuk tumbuh, bermimpi, dan berkontribusi. Dan itulah semangat yang kami bawa,” tutup Dr. Ester

Continue Reading

Metro

Long March dan Doa Bersama Merawat Lingkungan Hidup

Published

on

By

JAKARTA, – Ribuan masyarakat dari berbagai kalangan berkumpul di Jakarta dalam kegiatan “Long March dan Doa Bersama Merawat Lingkungan Hidup”, Senin (18/8). Aksi yang digelar mulai dari Kantor PGI hingga Tugu Proklamasi ini menjadi momentum refleksi dan solidaritas atas krisis ekologis yang melanda kawasan Danau Toba dan Tapanuli Raya.
Sekitar 2.500–3.000 orang terlibat dalam kegiatan tersebut, terdiri dari jemaat gereja, mahasiswa, petani, masyarakat adat, komunitas sipil, hingga kelompok pemuda lintas organisasi. Mereka berjalan bersama sambil membawa poster, spanduk, dan doa, sebagai simbol kepedulian terhadap alam yang kian rusak akibat berbagai praktik eksploitasi.

Isu yang menjadi sorotan dalam kegiatan ini antara lain perampasan tanah adat, penggundulan hutan, pencemaran Danau Toba, bencana ekologis yang berulang, hingga kriminalisasi masyarakat adat yang berjuang mempertahankan tanah dan hutan leluhur mereka. Semua itu dipandang sebagai persoalan serius yang mengancam keberlanjutan hidup generasi mendatang.

Sesampainya di Tugu Proklamasi, acara dilanjutkan dengan doa bersama, orasi dari para pemimpin gereja, serta pembacaan dan penandatanganan deklarasi lingkungan hidup oleh para ketua distrik HKBP, organisasi masyarakat, dan mahasiswa. Deklarasi ini menegaskan komitmen bersama untuk menjaga bumi sebagai rumah bersama, serta melawan praktik perusakan lingkungan yang mengabaikan kehidupan rakyat kecil.

Dalam sambutannya, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Jacky Manuputty, menyampaikan pesan tegas bahwa gereja harus hadir di tengah persoalan ekologis, tidak boleh hanya diam di balik liturgi.
“Gereja tidak bisa hanya memelihara liturgi di dalam tembok-tembok gereja, sementara tanah di luar hancur oleh perilaku ekstraktif dan eksploitasi tanpa batas.

Mimbar gereja sejatinya harus berada di tengah alam, di bawah langit terbuka, di antara suara burung dan gemericik air. Di sanalah kita belajar bahasa ciptaan dan menyadari bahwa bumi bukan sekadar latar belakang, melainkan saudara kita,” ujarnya disambut tepuk tangan peserta.

Ia menambahkan, keberpihakan gereja pada kehidupan harus diwujudkan melalui keberanian untuk menolak segala bentuk perusakan lingkungan.

“Gereja harus berani berkata tidak kepada tambang yang meracuni air, kepada pembakaran hutan demi keuntungan, serta kepada pembangunan yang mengabaikan kehidupan. Surga bukanlah pelarian dari tanggung jawab kita di bumi. Jika mimbar tidak berbicara tentang bumi yang terluka, maka mimbar itu telah kehilangan relevansinya. Gereja harus menjadi kekuatan penyembuh, bukan perusak,” tegasnya.

Lebih jauh, Pdt. Jacky Manuputty menegaskan bahwa PGI bersama sinode-sinode gereja di Indonesia sejak lama mengambil sikap kritis terhadap perusahaan ekstraktif yang rakus, menelantarkan masyarakat, dan merusak hutan. Ia mengingatkan pemerintah agar mendengarkan suara rakyat sekaligus mengembangkan kebijakan ekonomi hijau yang lebih berpihak pada keberlanjutan.

“Merdeka bukan hanya milik segelintir orang atau perusahaan, melainkan hak seluruh rakyat Indonesia, termasuk masyarakat adat yang selama ini menjaga hutan dan tanah leluhurnya. Momentum kemerdekaan ini adalah saat yang tepat untuk menegaskan kembali bahwa menjaga bumi adalah panggilan iman sekaligus amanat kemerdekaan,” pungkasnya.

Acara ini berlangsung khidmat sekaligus penuh semangat, dengan peserta menyanyikan lagu-lagu rohani, doa lintas komunitas, dan orasi yang menggugah kesadaran bersama. Aksi “Long March dan Doa Bersama Merawat Lingkungan Hidup” di Jakarta ini menegaskan bahwa isu lingkungan bukan sekadar agenda kelompok tertentu, tetapi sudah menjadi seruan moral, spiritual, dan kebangsaan yang perlu mendapat perhatian semua pihak.

Continue Reading

Trending