Connect with us

Metro

Dolfry Indah Suri Produser dan Sutradara Gelar Teater Keliling Mirah Musikal

Published

on

Jakarta – Dolfry Indah Suri yang merupakan generasi kedua Pegelaran Teater Keliling dalam memperingati 50 tahun teater keliling yang saat ini diubah menjadi Teater Musikal bersama Seniman Rudolf Puspa menggadakan Pressconference Pertunjukan “Mirah Musikal” di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indinesia Jakarta pada hari Rabu, 5 Februari 2025.

Dolfry Indah Suri sebagai Produser dan Sutradara Teater Keliling Mirah Musikal seusai mengikuri Presscon Mirah Musikal mengatakan ; “Dari Pertunjukan Mirah Musikal ini, saya merasa Gen-Z atau Gen-Alfa perlu sekali di regeneresikan kisah-kisah Mirah yang merupakan cerita rakyat dari Betawi ini karena besarnya arus globalisasi kisah-kisah Mirah ini mulai ditinggalkan atau dilupakan anak muda, maka dari itu kita harus berpikir untuk mencounter globalisasi yang sangat besar arusnya dimana banyak sekali anak muda lebih menyukai K-Pop, Game online, dll yang merupakan budaya dari luar. Dari sinilah kita mencoba untuk cerita rakyat Betawi Mirah ini bisa menginspirasi anak muda tersebut mulai dari ikon-ikon sejarah Betawi itu sendiri maupun budaya-budaya lainnya bisa menginspirasi anak muda yang belum tergali yang selama ini mereka kenal cerita rakyat Betawi lainnya seperti si Pitung.

Sedangkan dalam penyeleksiaan atau perekrutan untuk merrka bisa gabung terlibat dalam teater keliling Mirah Musikal ini mulai dari latihan kita tetap terus mencoba mewadahi banyak talenta Gen-Z atau Gen-Alfa dimulai lebih banyak open audisi dari sekolah-sekolah wilayah Jabodetabek daripada audilsi lewat online dalam perekrutan agar mereka bisa ikut terlibat dalam Teater Keliling Mirah tersebut.

Kalaupun untuk peminat dalam audisi teater keliling ini yang sudah dimulai dari tahun 2012-2025 ini banyak sekali yang kita mulai dengan menjemput dari sekolah-sekolah. Sedangkan untuk teater keliling Mirah Musikal ini kalo kita lihat pertunjukan tadi di acara Presscon Mirah Musikal malah yang jadi Mirah tadi yang kedua malah masih duduk dibangku sekolah SMP yang membuat saya talenta-talenta anak muda maupun remaja Jabodetabek sungguh luar biasa sampai anak SMP pun bisa memerankan Mirah yang merupakan tokoh Betawi besar sangat keren.

Jadi memang kita dalam mencari bakat untuk bisa gabung dalam Teater Keliling Mrah Musikal ini berawal kita berkeliling untuk jemput bola ke sekolah-sekolah wilayah Jabodetabek dengan bekerjasama sebanyak-banyak sekolah untuk mewadahi maupun memfasilitasi talenta-talenta anak muda ini. Dan kenapa untuk Teater Keliling Mirah Musikal dimulai dari Kuningan City maupun Pos Bloc karena kita pilih untuk latihan mereka ini yang mudah akses transportasinya di wilayah Jakarta.

Kita tetap konsen juga dengan mereka yang sudah menunjukkan penampilannya di Jakarta tetapi kita juga bawa mereka keliling ke luar kota Indonesia yang biasanya kita lakukan dipertengahaan Agustus seperti tahun lalu aja bisa kita bawa sampai ke Flores Timur. Maka dari itu dari program ini tetap terus kita lakukan dalam merawat kebudayaan bangsa Indonesia, dari Gen-z atau Gen-Alfa inilah yang kita ajak untuk ikut Teater Keliling supaya disaat nanti mereka sudah berusia 40, 50, 60 an malah suatu saat mereka yang bisa memimpin negara kita.

Adapun dari visi misi program kita itu selain mengasah talenta-talenta mereka dalam merawat kebudayaan bangsa Indonesia dan itulah alasan kita yang sudah 50 tahun bertahan di sejarah, budaya terus menerus kita explor yang kita juga pernah explor wayang agar tetap kita lestarikan, seperti wayang atau batik aja pernah diklaim negara lain sangat sedih sekali dilihatnya, bagaimana kalo suatu saat Mirah Musikal ini diklaim juga dan itulah yang menjadi dasar program ini tetap kita lanjutkan.

Kitapun juga punya tujuan lain dari program ini yaitu mensosialisasikan budaya sendiri ke negara kita juga, malah beberapa kali kita mencoba diplomasi budaya kita malah orang-orang asing sangat respect sekali dengan budaya Indonesia malah justru yang gawat itu kitanya sendiri sebagai bangsa Indonesia tidak mencintai budaya Indonesia dan dari situlah kita tetap terus mempromosikan budaya kita lewat pertunjukan Teater Keliling Mirah Musikal.

Jadi harapannya dari Mirah Musikal ini karena menggabungkan dengan musik dan komedi maupun romasa malah akan membuat penonton menjadi related dan tidak membosankan. Maka dari itu juga kita memcoba dalam mengapdatasikan kisah Mirah ini sedekat mungkin sama penonton kita yaitu Gen-Z atau Gen-Alfa sampai kita punya divisi sendiri untuk mencari kesukaan, trend atau gimick-gimick yang anak muda sukain lewat Tiktok maupun Instagram saat ini hingga bisa menyesuaikan pertunjukkan Mirah Musikal ini hingga setelah mereka selesai menonton pertunjukan Mirah Musikal malah mereka bisa agen dalam mempromosikan atau menceritakan ke teman-teman mereka sendiri dan itulah yang menjadi tantangan kita hingga mereka bisa terus memperkenalkan Pertujukan Mirah Musikal dari generasi ke generasi.

Dari kisah Teater Mirah Musikal ini kita juga punya tujuan lainnya agar bisa mempopulerkan Kepahlawan Mirah bisa menjadi ikonik cerita rakyat Marunda dari Betawi agar bisa dikenal selain di Jakarta tetapi juga bisa dikenal diseluruh Indonesia seperti kepahlawanan Si Pitung dari Betawi yang juga yang tidak beda jauh dengan Mirah yang melawan penjajahan Kompeni Belanda. Maka dari itu saya mencoba audiens ke Kementerian Kebudayaan, Dinas Kebudayaan maupun Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Gubernur Jakarta baru nantinya agar Kisah Kepahlawanan Mirah dari Betawi ini yang tadinya tidak dikenal masyarakat Jakarta bisa menjadi ikonik Jakarta juga kalo perlu bisa menjadi film juga seperti Si Pitung yang sudah lebih dahulu difilmkan dan barangkali selain kita bisa memperkenalkan Mirah Marunda menjadi bagian ikon sejarah kota Jakarta yang dikenal masyarakat luas tetapi Marunda juga bisa menjadi tempat Pariswisata kota Jakarta itu sendiri.

Harapan terakhir dari Teater Mirah Musikal ini agar seluruh Indonesia bisa mengenal sejarah Kepahlawanan Mirah dari tanah Marunda Jakarta yang juga menjadi bagian sejarah Kota Jakarta dan Mirah bisa menginspirasi figur atau ikon untuk generasi sekarang dengan Mirah adalah perempuan yang percaya bahwa Mirah punya mimpi walaupun Dunia menentangnya karena di tahun 1800 an aktifitas perempuan di jaman penjajahan Belanda sangat terbatas pendidikannya tetapi Mirah sendiri ingin menjadi jawara untuk menjaga tanah Betawi dengan melawan penjajah Kompeni Belanda yang sudah menyengserakan rakyat kecil kota Batavia waktu dizamannya sehingga bisa diimplementasikan diera generasi sekarang anak muda bisa mengikuti apa yang pernah dilakukan Mirah menjadi pahlawan untuk keluarganya sendiri hingga bisa berguna bagi masyarakat dan bangsa Indonesia,” tutupnya.

Continue Reading

Metro

Film Pernikahan Arwah (The Butterfly House) Tayang di Bioskop 27 Februari 2025 Hadirkan Kisah Cinta Tragis dengan Paduan Genre Horor Berbalut Budaya Tionghoa

Published

on

By

Jakarta, 20 Februari 2025 – Entelekey Media Indonesia bersama Relate Films resmi merilis film horor terbaru mereka, Pernikahan Arwah (The Butterfly House). Mengangkat kisah tentang tradisi kuno Tionghoa, yaitu pernikahan arwah, film ini akan tayang di bioskop mulai 27 Februari 2025.
Film ini bercerita tentang sepasang kekasih, Salim dan Tasya, yang mengalami teror dari arwah leluhur keluarga. Dengan sentuhan budaya Tionghoa yang kental, Pernikahan Arwah (The Butterfly House) tetap menghadirkan kisah yang bisa dinikmati oleh penonton luas.

Sutradara film ini, Paul Agusta,mengungkapkan bahwa meskipun berlatar budaya Tionghoa, inti ceritanya tetap universal. “Film ini menceritakan kisah cinta sepasang kekasih, yang kebetulan berasal dari keluarga Tionghoa. Namun, konflik yang mereka hadapi cukup relevan bagi siapa saja. Ada sisi emosional yang cukup kuat dalam film ini, tentang bagaimana kepercayaan leluhur bisa berbenturan dengan keinginan pribadi seeseorang, ini membuat dilema yang bukan hanya tentang kengerian tetapi juga hal yang menyentuh hati,” ujar Paul.
Pemilihan tema ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya Tionghoa kepada penonton, sekaligus memberikan pilihan tontonan yang lebih beragam, terutama dalam
genre horor. Lokasi syuting juga menjadi bagian penting dalam membangun atmosfer

film ini. Hampir seluruh proses syuting dilakukan di Lasem, Jawa Tengah, sebuah kota yang dikenal dengan arsitektur dan tradisi Tionghoa yang masih sangat kental.
Perlita Desiani, selaku produser Pernikahan Arwah (The Butterfly House) dan founder Relate Films, menjelaskan, “Lasem dipilih sebagai lokasi utama karena keindahan serta keasliannya dalam merepresentasikan budaya Tionghoa di Indonesia. Kami ingin membawa nuansa yang autentik, sehingga suasana dalam film terasa lebih hidup dan mendukung cerita yang kami bangun. Selain itu, kami juga ingin mengangkat keunikan Lasem sebagai salah satu warisan budaya yang kaya akan sejarah.”

Dari segi cerita, film ini menawarkan lebih dari sekadar horor, tetapi juga cerita yang menggugah emosi penonton dengan pesan tentang cinta dan tradisi keluarga.
Dibintangi oleh Morgan Oey, Zulfa Maharani, Jourdy Pranata, Brigitta Cynthia, dan Verdi Solaiman, para pemainnya pun antusias menyambut perilisan film ini. Mereka yakin tidak sedikit penonton yang bisa merasa relate dengan kisah yang disajikan.

“Ada banyak orang yang mengalami situasi seperti Salim, karakter saya dalam film ini—harus memilih antara keluarga atau pasangan,” ungkap Morgan Oey. Sementara itu, Zulfa Maharani menambahkan bahwa film ini juga menyoroti tentang makna cinta sejati.

“Bagaimanapun, cinta itu satu. Jika terpisahkan oleh sesuatu, selalu ada cara untuk kembali. Film ini juga tentang perjuangan dalam sebuah hubungan,” ujar Zulfa.
Pernikahan Arwah (The Butterfly House) akan tayang di bioskop Indonesia mulai 27 Februari 2025. Tak hanya itu, film ini juga akan diputar di tujuh negara Asia lainnya, yaitu Vietnam, Kamboja, Malaysia, Filipina, Myanmar, Laos, dan Brunei Darussalam.

Continue Reading

Metro

BASRI BACO, SE.,MM. WAKIL KETUA DPRD DKI JAKARTA GELAR PELAKSANAAN RESES KE DUA MASA SIDANG 2024-2025 SERAP ASPRIRASI MASYARAKAT

Published

on

By

Continue Reading

Metro

Ibnu Daud Ketua Suhada Fisabililah Koorwil Jabodetabek Hadiri Acara Kongres Forum Pemuda Betawi 25 Tahun

Published

on

By

Jakarta – Forum Pemuda Betawi menggadakan Kongres Forum Pemuda Betawi 25 Tahun dengan tema “Pemuda Betawi Wawasan Nusantara Dan Global” dan Kongres Forum Pemuda Betawi menggangedakan Pemilihan Ketua Umum Forum Kongres Pemuda Betawi Periode 2025-2030 di Hotel Terraz Tree Jakarta pada hari Rabu, 19 Februari 2025.

Ibnu Daud sebagai Ketua Suhada Fisabilillah

Ibnu Daud sebagai Ketua Suhada Fisabililah Koorwil Jabodetabek mengatakan ; “Kedepannya, agar biar kita bersama-sama membangun Jakarta dan bukan hanya laskar-laskar biasa tetapi yang daerah terafiliasi di keagamaan seperti kita ini yang biasanya dalam pegawalan-pegawalan para ustad yang melakukan dakwah-dakwah agar dengan bersatunya semua elemen-elemen laskar bisa membuat Jakarta bisa lebih maju.

Suhada Fisabilillah (Sufi’s) yang sudah beranggotakan 300 anggota di seluruh Indonesia adalah laskar yang terbentuk dari perekat Ali syiah dan organisasi muslim dimana kita bertugas dalam pengawalan terhadap dakwah akbar maupun para ustad yang ada di Indonesia dan di luar negeri. Sedangkan untuk perwakilan daerah Sufi’s juga ada Bali, Aceh, Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dll maupun diluar negeri ada Singapura dan Malaysia.

Adapun Suhada Fisabilillah (Sufi’s) juga ikut keterlibatan dalam adat Betawi yaitu mengembangkan untuk bergabung dalam silat Betawi seperti Pusaka Jakarta dan Sufi’s berharap agar kedepannya bisa berkembang lagi terutama diwilayah Jakarta,” tutupnya.

Habibi Cahyadi sebagai Ketum Terpilih Forum Pemuda Betawi 2025-2030 mengatakan ; “Kami akan bersinergi dengan Pramono Anung Gubernur DKI & Rano Karno Wakil Gubernur Terpilih yang akan dilantik besok oleh Presiden RI dengan program-program yang sudah dijanjikan Gubernur Baru, tetapi kami juga akan melaksanakan program-program yang sempat tertinggal baik itu pemdidikan, kepemudaan dan pertukaran pelajar pemuda yang akan dilanjutkan dengan diajukan ke Pemerintah.

Adapun untuk bidang-bidang program yang diprioritaskan yaitu kepengurusan dimana yang pembentukan kepengurusan hanya tingkat sampai kota setelah saya terpilih kami akan membentuk kepengurusan sampai tingkat kecamatan, seperti yang saya sampaikan juga tidak hanya kita berjabat tangan dengan pejabat tetapi kita harus berjabat tangan dengan rakyat.

Sementara ini kami fokus membentuk formatur yang rencananya akan kami selenggarakan pertengahan bulan Ramadhan yang juga dilanjutkan dengan rapat kerja dari program-program lama sebelumnya akan dijalankan kembali seperti memperkenalkan Budaya Betawi ke kancah Internasional yang sudah pernah dilakukan alm. Ramadhan Rahmat HS.

Dalam waktu dekat juga kita akan berencana menghadap kepada Gubernur DKI baru setelah pelantikan kepala daerah nantinya dengan sekaligus melaporkan Forum Pemuda Betawi ini telah terbentuk kembali.

Harapan saya dengan Forum Pemuda Betawi ini yaitu agar Pemuda Betawi bisa lebih baik lagi, jangan sampai anak Betawi tidak ada lagi yang tidak sekolah, menganggur, punya inovasi-inovasi maupun bisa melestarikan Budaya Betawi dimanapun.

Forum Pemuda Betawi juga siap hadir untuk menyuarakan maupun mempeloporinya kembali menyatukan Lembaga atau Organisasi-Organisasi Betawi agar kedepannya bisa bersatu kembali,” tutupnya.

Ibnu Daud sebagai Ketua Suhada Fisabililah Koorwil Jabodetabek mengatakan ; “Kedepannya, agar biar kita bersama-sama membangun Jakarta dan bukan hanya laskar-laskar biasa tetapi yang daerah terafiliasi di keagamaan seperti kita ini yang biasanya dalam pegawalan-pegawalan para ustad yang melakukan dakwah-dakwah agar dengan bersatunya semua elemen-elemen laskar bisa membuat Jakarta bisa lebih maju.

Suhada Fisabililah (Sufi’s) yang sudah beranggotakan 300 anggota di seluruh Indonesia adalah laskar yang terbentuk dari perekat Ali syiah dan organisasi muslim dimana kita bertugas dalam pengawalan terhadap dakwah akbar maupun para ustad yang ada di Indonesia dan di luar negeri. Sedangkan untuk perwakilan daerah Sufi’s juga ada Bali, Aceh, Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dll maupun diluar negeri ada Singapura dan Malaysia.

Adapun Suhada Fisabilillah (Sufi’s) juga ikut keterlibatan dalam adat Betawi yaitu mengembangkan untuk bergabung dalam silat Betawi seperti Pusaka Jakarta dan Sufi’s berharap agar kedepannya bisa berkembang lagi terutama diwilayah Jakarta,” tutupnya.

Continue Reading

Trending