JAKARTA, – Perayaan Imlek 2025 di Wihara Ekayana berlangsung khidmat dan meriah di Baktisala Utama Wihara Ekayana Arama, Jakarta Barat, pada Minggu (2/2). Acara ini dipimpin oleh Bhikkhu YAB Aryamattri Mahasthavira dan YAB Dharmavimala Mahathera, serta dihadiri oleh lebih dari 2.500 umat Buddha dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang tua, yang memenuhi ruang utama hingga ke bagian luar wihara.
Rangkaian acara diawali dengan doa dan pemberkatan Imlek, dilanjutkan dengan pembagian angpao berkah, pertunjukan barongsai, pujian, dan diakhiri dengan makan siang bersama. Momen spesial dalam perayaan ini adalah Dhammatalk bertajuk *“Imlek: Tahun Baru, Lalu Apa?”* yang disampaikan oleh Kevin Wu, seorang aktivis yang juga anggota DPRD serta Ketua Umum Dharmapala Nusantara.
Dalam sesi wawancara setelah acara, Kevin Wu menyoroti bagaimana perubahan zaman dan perkembangan umat Buddha di Indonesia sejak era sebelum kemerdekaan hingga era digital saat ini.
### **Imlek, Transformasi, dan Tantangan Umat Buddha di Era Digital**
Menurut Kevin, transformasi dalam kehidupan umat Buddha sangat erat hubungannya dengan perubahan zaman. Di era Orde Baru, aktivitas keagamaan, termasuk bagi umat Buddha, mengalami banyak aktivitas. Namun setelah era reformasi, umat Buddha bisa kembali merasakan kebebasan dalam menjalankan ajaran agamanya, termasuk merayakan Imlek secara terbuka.
*”Dulu, di masa Soeharto, belajar agama itu sulit. Buku-buku sulit didapat, mencari guru yang memahami ajaran Buddha juga sangat sulit. Tapi sekarang, kita bisa menikmati kebebasan beragama, termasuk dalam perayaan kebudayaan dan keagamaan seperti Imlek ini. Ini adalah buah reformasi yang harus kita syukuri,”* ujar Kevin.
Ia juga menekankan bahwa tantangan umat Buddha saat ini berbeda dengan masa lalu. Jika dulu umat Buddha kekurangan informasi, kini justru menghadapi banjir informasi yang bisa membingungkan.
*”Di era digital ini, kita tidak kekurangan informasi, justru kebanyakan. Ketika kita ingin mencari pembabaran Dharma di YouTube, bisa saja kita malah teralihkan ke video lain karena algoritma digital. Oleh karena itu, tantangan terbesar bagi generasi muda saat ini adalah bagaimana melatih diri untuk tetap fokus,”* menambahkan.
Kevin menekankan pentingnya meditasi dalam kehidupan modern sebagai cara untuk menjaga keseimbangan diri di tengah derasnya arus informasi. Ia juga berbagi pengalamannya saat menjalani latihan monastik sementara, di mana ia merasakan langsung tantangan fisik dan mental dalam melatih diri melalui meditasi mendalam.
*”Awalnya, duduk bermeditasi selama berjam-jam terasa sangat sulit. Tubuh terasa gelisah, pikiran bergejolak, bahkan saya sempat muntah saat pertama kali mencoba mereproduksi Zhen. Namun, seiring waktu, saya menyadari bahwa reproduksi adalah seni dalam menghentikan gejolak batin. Ini adalah latihan untuk menenangkan ego dan mengendalikan emosi,”* jelasnya.
Kevin juga menegaskan bahwa ajaran Buddha tetap relevan dalam kehidupan modern. Para bhikkhu tidak hanya menjalani kehidupan spiritual, tetapi juga terus melatih diri dalam menghadapi tantangan zaman.
### **Makna Imlek dan Simbol Shio Ular Kayu**
Suhu Nyanabandhu, anggota Sangha Wihara, turut memberikan pandangannya mengenai makna Imlek tahun ini yang berada di bawah simbol shio Ular Kayu.
*”Tahun ini secara hewani diwakili oleh ular, tetapi juga memiliki unsur kayu. Setiap simbol dalam budaya Tionghoa bukanlah sekadar kepercayaan, melainkan filosofi yang telah berusia lebih dari 4.700 tahun,”* jelas Suhu Nyanabandhu.
Ia menerangkan bahwa ular melambangkan strategi dan kebijaksanaan, sedangkan kayu mencerminkan pertumbuhan dan fleksibilitas. Kombinasi ini menciptakan filosofi yang mengajarkan pentingnya adaptasi, ketekunan, dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan hidup.
*”Fleksibilitas menjadi kunci utama di tahun ini. Bagaimana kita mampu beradaptasi dengan perubahan, tetap teguh dalam prinsip, namun juga cukup bijaksana untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. Semoga ini menjadi inspirasi bagi umat Buddha, khususnya dari etnis Tionghoa, serta seluruh masyarakat Indonesia dalam membangun komunitas yang harmonis,”* imbuhnya.
### **Pesan Kevin Wu: Imlek sebagai Momentum Perubahan Diri dan Sosial**
Menutup wawancara, Kevin Wu memberikan pesan bagi umat Buddha di tahun Ular Kayu ini. Ia menekankan tiga fase penting dalam perjalanan hidup, merujuk pada perjalanan Pangeran Siddharta hingga mencapai pencerahan sebagai Buddha Gautama.
1. **Berani keluar dari zona nyaman** – Umat Buddha harus memiliki keberanian untuk melangkah keluar dari kebiasaan lama dan terus mencari kebenaran.
2. **Melatih diri untuk terus berkembang** – Transformasi diri adalah kunci menuju kehidupan yang lebih baik.
3. **Memberikan manfaat bagi sesama** – Setelah mencapai perubahan diri, umat Buddha harus melanjutkan dengan berkontribusi kepada masyarakat.
*”Buddha tidak hanya berdiam diri setelah mencapai pencerahan. Ia menghabiskan 45 tahun berikutnya untuk mengajar dan membantu orang lain. Inilah esensi yang harus kita teladani. Jangan hanya sibuk memperbaiki diri sendiri, tetapi juga berperan dalam perubahan sosial,”* ujarnya.
Kevin menekankan bahwa umat Buddha harus aktif dalam memberikan manfaat bagi sesama, baik melalui dana, waktu, tenaga, maupun kebijaksanaan.
*”Jangan hidup egois hanya untuk kepentingan pribadi. Tradisi berbagi dalam perayaan Imlek, seperti memberi angpao atau berbagi makanan, sebenarnya mencerminkan salah satu praktik dasar dalam ajaran Buddha, yaitu dana. Ini adalah wujud nyata dari ajaran kebaikan yang diajarkan oleh Buddha,”* pungkasnya.
Dengan semangat perayaan Imlek 2025 ini, Kevin Wu dan Suhu Nyanabandhu berharap umat Buddha dapat terus berkembang dalam menghadapi tantangan zaman, serta menjadikan Imlek bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum untuk refleksi, transformasi, dan berbagi kebaikan kepada sesama.