Connect with us

Metro

Wisuda ke 71 Universitas Indraprasta (Unindra) PGRI

Published

on

Jakarta – Rektor Unindra PGRI Prof . Dr. H. Sumaryoto mengatakan di usia Unindra PGRI yang ke 15 berbagai torehan prestasi telah di peroleh baik prestasi atas keberhasilan mahasiswa maupun lembaga dalam menyiapkan pembelajar dan infrastuktur untuk menuju Excellent Teaching University pada 2029 mendatang.

“Berbagai prestasi yang di peroleh mahasiswa Unindra PGRI seperti hibah Dikti yakni penelitian antar perguruan Tinggi tahun 2019-2021, hibah Dikti tahun 2019 kepada beberapa dosen, di terima nya 7 Progran Kreatifitas Mahasiswa (PKM) untuk di biayai Kemenristekdikti, juara 1 lomba design poster dalam acara Festival Fisika di Uhamka dan banyak lagi torehan prestai baik yang berhasil di raih mahasiswa maupun dosen dan DKP 5 orang menduduki 10 besar,”urai Sumaryoto dihadapan 1133 wisudawan.

Dikatakan rektor saat ini Unindra PGRI sudah berhasil meluluskan tidak kurang dari 71.165 orang mahasiswa

Artinya Unindra PGRI dengan segala kekurangan dan kelebihannya sebagai universitas swasta kini menjadi salah satu universitas yang di percaya masyarakat dalam hal pembelajaran, bukan hanya berbiaya murah namun tetap mengutamakan kualitas,”pungkas Sumaryoto di Sasono Utomo Taman Mini Indonesia Jakarta , Rabu (30/10/2019).

Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah III DKI Jakarta Dr. M. Samsuri, S.Pd. M.T dalam sambutannya yang di bacakan oleh Yulianti pada wisuda ke 71 Universitas Indraprasta (Unindra) PGRI mengajak para wisudawan untuk bersiap menghadapi tantangan global. Salah satunya adalah revolusi industri 4.0.

Dia menuturkan, revolusi industri 4.0 kini telah ada di depan mata. Oleh sebab itu, hal ini tidak bisa dihindari, melainkan harus dihadapi dengan penguasaan teknologi informasi.

“Unindra PGRI adalah perguruan tinggi swasta yang sangat taat azaz dalam hal aturan sehingga tergolong baik saat akreditasi perguruan tingga dan progran studi di harapkan mampu bersaing dalam menghadapi revolusi industri 4.0 melalui teknologi informasi,” ujarnya

Menurutnya kita tidak bisa menghindari revolusi industri 4.0, kita harus menguasai kecanggihan teknologi dan bersiap menghadapinya bukan menentangnya . Oleh karenanya, menurut Yulianti untuk menciptakan generasi yang tampil di atas standar, perguruan tinggi harus mendidik mahasiswanya supaya mampu tampil kreatif dan inovatif.

“Perguruan tinggi memiliki jasa sangat besar, memiliki peran penting membantu pemerintah melakukan investasi SDM. Tapi perguruan tinggi juga harus mengevaluasi dan melihat perkembangan di luar agar relevan. Jadi, kalau Anda tidak siap bersaing, lupakan. Kalau Anda tidak siap bersaing, Anda akan ketinggalan,” tegasnya.

Senada dengan Yulianti BPLP PGRI H.M Ali Arahim mengungkapkan bahwa mahasiswa harus siap berubah dalam pola hidup, pola pikir, pola belajar, dan pola bekerja.

“Harus mengembangkan diri, mengembangkan kepribadian yang baik dan beradaptasi dengan perubahan teknologi. Keberhasilan hidup perlu diperjuangkan, tidak cukup hanya dalam impian. Namun tidak melupakan jati diri bangsa,”ujar Arahim.

Continue Reading
7 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Metro

Serikat Petani Indonesia (SPI) Hari Pangan Sedunia 2025 “Wujudkan Kedaulatan Pangan dengan

Published

on

By

Jakarta, – Dalam momentum Hari Pangan Sedunia 2025, Serikat Petani Indonesia (SPI) menegaskan kembali komitmennya untuk memperjuangkan kedaulatan pangan nasional melalui pelaksanaan reforma agraria sejati. Dengan tema ” Wujudkan Kedaulatan Pangan dengan Melaksanakan Reforma Agraria.

SPI menilai bahwa kedaulatan pangan tidak akan pernah tercapai selama petani—sebagai aktor utama penyedia pangan—masih terpinggirkan dari akses terhadap tanah, benih, air, dan pasar yang adil.

“Kedaulatan pangan bukan sekadar meningkatkan produksi atau impor bahan pangan murah. Kedaulatan pangan berarti mengembalikan kendali pangan ke tangan rakyat, terutama petani, dengan memastikan mereka memiliki tanah yang cukup, sarana produksi yang berdaulat, dan harga jual yang adil,” Kata Ketua Umum SPI Henry Saragih di Jakarta, Rabu (15/10/25).
SPI menyoroti bahwa hingga kini,

pelaksanaan reforma agraria masih jauh dari harapan. Data SPI menunjukkan banyak petani kecil masih tidak memiliki lahan atau hanya menggarap tanah sempit, sementara jutaan hektar lahan produktif dikuasai oleh korporasi besar. Kondisi ini memperlebar kesenjangan ekonomi pedesaan dan menghambat pembangunan pertanian berkelanjutan, tegas Henry.
Dalam kesempatan tersebut, SPI juga menekankan pentingnya melindungi benih lokal, memperkuat koperasi petani, dan menolak ketergantungan pada impor pangan dan bibit korporasi global. Langkah-langkah tersebut merupakan bagian integral dari strategi kedaulatan pangan yang menempatkan petani sebagai subjek, bukan objek pembangunan.
Sebagai bagian dari peringatan Hari Pangan Sedunia, SPI bersama jaringan petani di berbagai daerah juga menggelar aksi solidaritas dan panen raya rakyat di 20 provinsi. Kegiatan ini menjadi simbol kemandirian petani dalam menyediakan pangan bagi bangsa tanpa bergantung pada impor.

“Kami menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk kembali menanam, membeli, dan mengonsumsi produk lokal dari petani kita sendiri. Inilah bentuk nyata bela negara di sektor pangan,” pungkas Henry.

Dengan momentum Hari Pangan Sedunia 2025, SPI mendesak pemerintah untuk mempercepat reforma agraria sejati dan memastikan pangan menjadi hak rakyat, bukan komoditas pasar semata.
Pada momentum Hari Pangan Sedunia mengingatkan kembali pemerintah Indonesia , Presiden Prabowo untuk memenuhi 6 (enam) tuntutan pada hari tani Nasional 24 September 2025yang disampaikan di depan Istana Negara dan telah diserahkan dokumen tuntutannya kepada sekretariat negara. Kami ulang 6 tuntutan tersebut:
1. Menyelesaikan konflik agraria yang dihadapi anggota SPI maupun petani Indonesia secara menyeluruh, dan menghentikan segala bentuk kekerasan dan kriminalisasi dalam penyelesaian konflik agraria terjadi.
2. Mengalokasikan tanah yang dikuasai perusahaan perkebunan dan kehutanan sebagas Tanah Objek Reforma Agraria (TORA). Penertiban Kawasan Hutan (PKH) yang sedang dilaksanakan satgas PKH saat ini harus menjadi bagian dari TORA.
3. Merevisi Perpres Percepatan Reforma Agraria No. 62 Tahun 2023 agar sejalan dengan agenda kedaulatan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani serta masyarakat desa.
4. Merevisi UU Pangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan; UU Kehutanan untuk reforma agraria; dan UU Koperasi untuk memperkuat koperasi petani; serta mendorong pembentukan UU Masyarakat Adat.
5. Segera mencabut UU Cipta Kerja, yang telah nyata membuat kemunduran ekonomi Indonesia; kehilangan lapangan kerja, memperlebar ketimpangan agraria, ketergantungan pangan dari impor, kemunduran di bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia.
6. Membentuk Dewan Nasional Reforma Agraria dan Dewan Nasional Kesejahteraan Petani untuk memastikan keberlanjutan dan implementasi kebijakan reforma agraria dan kedaulatan pangan.
Kemudian pada hari ini, di Hari Pangan sedunia ini, secara khusus kami sampaikan bahwa Kedaulatan pangan bisa terwujud apabila;
1, Reforma agraria harus dijalankan dengan mendistribusikan tanah kepada para petani gurem, buruh tani dan buruh perkebunan, dan orang-orang tak bertanah di pedesaan, serta perkotaan, dan menguatkan hak masyarakat adat atas tanah ulayatnya.
2. Merombak sistem pertanian di Indonesia bercorak revolusi hijau menjadi pertanian sistem agroekologi.
3. Produksi pangan dan pertanian di Indonesia haruslah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri Indonesia, terutama untuk kebutuhan pangan, dan sandang, serta perumahan untuk rakyat Indonesia. Menolak Impor pangan untuk kebutuhan pokok rakyat Indonesia.

Peringati Hari Pangan Sedunia 16 Oktober 2025, SPI Tegaskan Reforma Agraria sebagai Kunci Kedaulatan Pangan Nasional
Jakarta- Serikat Petani Indonesia (SPI) melanjutkan rangkaian kegiatan secara nasional pada momentum Hari Pangan Sedunia (HPS) 2025 tanggal 16 Oktober 2025 ini untuk menegaskan kembali bahwa reforma agraria adalah kunci untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional.Rangkaian kegiatan ini menjadi kelanjutan dari gerakan petani dalam peringatan Hari Tani Nasional bulan lalu, yang menuntut pelaksanaan reforma agraria sejati di Indonesia.

Momentum Hari Pangan Sedunia ini juga menjadi refleksi terhadap mash rapuhnya sistem pangan Indonesia yang bergantung pada impor dan mengandalkan korporasi besar dalam memproduksi serta mendistribusikan pangan di Indonesia.
Berdasarkan laporan Global Hunger Index (GHI) tahun 2025, Indonesia tercatat menduduki peringkat 70 dalam indeks kelaparan global. Dalam laporan tersebut, Indonesia meraih skor 14,6 yang berarti Indonesia berada di tingkat kelaparan sedang. Angka ini membuat Indonesia berada di taraf yang cukup tinggi dibandingkan beberapa negara ASEAN lainnya seperti Vietnam (11,1), Filipina (13,4), dan Thailand (9,7). Dua faktor yang mempengaruhi tingginya angka kelaparan di Indonesia adalah 22,6% anak – anak di bawah lima tahun mengalami stunting dan 8,6% anak – anak di bawah lima tahun mengalami kekurangan gizi.

Hal itu diakibatkan oleh penguasaan atas tanah subur dan hutan hujan dikuasai korporasi besar untuk komoditas ekspor dan proyek skala besar seperti food estate, perkebunan kelapa sawit, perkebunan kayu (hutan industri). Disisi lain petani Indonesia adalah petani gurem dengan lahan kurang dari 0,5 hektare, jumlahnya diperkirakan lebih dari 16 juta jiwa.

Indeks gini sebesar 0,58, sebuah ketimpangan yang sangat besar.Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya ketergantungan Indonesia terhadap impor pangan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sepanjang 2017-2024, impor beras, kedelai, dan gula terus mengalami peningkatan baik dari segi volume maupun nilai.

Impor beras melonjak tajam hingga mencapai 4,5 juta ton pada 2024, dengan Thailand dan Vietnam sebagai pemasok utama. Kedelai yang menjadi bahan baku utama pangan rakyat, seperti tempe dan tahu, juga berada di angka 2,6 juta ton per tahun dan didominasi dari Amerika Serikat.

Lonjakan impor ini mencerminkan lemahnya kedaulatan pangan nasional, di mana kebutuhan pokok rakyat justru semakin bergantung pada pasar global, sementara petani kecil di dalam negeri mash berjuang di tengah keterbatasan lahan dan kebijakan yang belum berpihak.
Pada momentum Hari Pangan Sedunia ini, SPI menegaskan bahwa reforma agraria adalah kunci utama untuk tercitaptanya sistem pangan berdaulat, di mana petani menguasai, mengelola, dan menentukan arah produksi pangan sesuai kebutuhan rakyat. Melalui sistem pertanian agroekologi yang berkelanjutan, produksi pangan rakyat menjadi mandiri, sehat, dan berkeadilan. Tanah untuk petani berarti pangan untuk bangsa.

Pada momentum Hari Pangan Sedunia ini, SPI mengingatkan kembali PemerintahIndonesia, Presiden Prabowo untuk memenuhi 6 (enam) tuntutan pada Hari Tani Nasional 24 September 2025 yang disampaikan di depan Istana Negara dan telah diserahkan dokumen tuntutannya kepada Sekretariat Negara.

Kami ulang 6 isi tuntutan tersebut:1. Menyelesaikan konflik agraria yang dihadapi anggota SPI maupun petani Indonesia secara menyeluruh, dan menghentikan segala bentuk kekerasan dan kriminalisasi dalam penyelesaian konflik agraria terjadi.2. Mengalokasikan tanah yang dikuasai perusahaan perkebunan dan kehutanan sebagai Tanah Objek Reforma Agraria (TORA). Penertiban Kawasan Hutan (PKH) yang sedang dilaksanakan satgas PKH saat ini harus menjadi bagian dari TORA.3. Merevisi Perpres Percepatan Reforma Agraria No. 62 Tahun 2023 agar sejalan dengan agenda kedaulatan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani serta masyarakat desa.4. Merevisi UU Pangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan; UU Kehutanan untuk reforma agraria; dan UU Koperasi untuk memperkuat koperasi petani; serta mendorong pembentukan UU Masyarakat Adat.5. Segera mencabut UU Cipta Kerja, yang telah nyata membuat kemunduran ekonomi
Indonesia; kehilangan lapangan kerja, memperlebar ketimpangan agraria, ketergantungan pangan dari impor, kemunduran di bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia.6. Membentuk Dewan Nasional Reforma Agraria dan Dewan Nasional Kesejahteraan
Petani untuk memastikan keberlanjutan dan implementasi kebijakan reforma agraria dan kedaulatan pangan.

Kemudian pada hari ini, di Hari Pangan sedunia ini, secara khusus kami sampaikan bahwa Kedaulatan pangan bisa terwujud apabila;1. Reforma agraria harus dijalankan dengan mendistribusikan tanah kepada para petani gurem, buruh tani dan buruh perkebunan, dan orang-orang tak bertanah di pedesaan, serta perkotaan, dan menguatkan hak masyarakat adat atas tanah ulayatnya.2. Merombak sistem pertanian di Indonesia bercorak revolusi hijau menjadi pertanian
sistem agroekologi3. Produksi pangan dan pertanian di Indonesia haruslah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri Indonesia, terutama untuk kebutuhan pangan, dan sandang, serta perumahan untuk rakyat Indonesia.

Menolak Impor pangan untuk kebutuhan pokok rakyat Indonesia4. Harga kebutuhan pangan, sandang, dan perumahan dikendalikan oleh negara. Harga produksi petani layak bagi petani dan konsumen5. Menempatkan koperasi sebagai soko guru ekonomi Indonesia, dengan membangun dan mengembangkan koperasi produksi petani, koperasi distribusi produksi pertanian, dan koperasi konsumen6. Kelembagaan yang mengurus pangan dan pertanian di Indonesia haruslah bisa menjadi lembaga yang mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.

Oleh karena itu REVISI UU PANGAN NO 18 TAHUN 2012 yang sekarang berlangsung di DPR RI haruslah bisa menjadi dasar hukum untuk mewujudkan KEDAULATAN PANGAN di Indonesia.

Dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia, SPI menggelar serangkaian kegiatan nasional dan aksi massa di berbagai daerah.

“SPI akan melaksanakan berbagai kegiatan, mulai dari webinar nasional tentang kedaulatan pangan, diskusi mengenai RUU Pangan, hingga aksi massa di depan Istana Negara, di berbagai daerah akan melaksanakan kampanye penanaman dan peresmian Kawasan Daulat Pangan (KDP) sebagai bagian darigerakan mewujudkan kedaulatan pangan, di tingkat Internasional bersama La Via Campesina/gerakan petani dunia melaksanakan berbagai kegiatan mobilisasi massa dan kampanye untuk mewujudkan kedaulatan pangan dengan menolak kehadiran korporasi panganinternasional dalam urusan pangan dan pertanian,” pungkas Angga Fajar selaku Ketua Pelaksana Peringatan Hari Pangan Sedunia.

Continue Reading

Metro

PMII Desak Trans7 Sampaikan Permintaan Maaf Terbuka atas Tayangan yang Dianggap Lecehkan Pesantren

Published

on

By

Jakarta, 15 Oktober 2025 — Setelah aksi dari para alumni pesantren, kini giliran Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Trans7, Jalan Kapten Pierre Tendean, Jakarta Selatan, pada Rabu (15/10).

Aksi tersebut digelar sebagai bentuk protes atas tayangan program Xpose Uncensored Trans7 yang dinilai melecehkan simbol ulama, kiai, dan lembaga pesantren. Massa aksi mendesak agar Trans7 menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada publik, khususnya kepada komunitas pesantren.

Sekretaris Jenderal Ikatan Alumni PMII (IKA PMII), Sudarto, yang memimpin aksi tersebut, menilai tayangan tersebut telah merusak citra pesantren dan mencederai nilai-nilai luhur keagamaan.

> “Stasiun televisi sebesar Trans7 melakukan hal yang tidak pantas. Ini merupakan bentuk dekonstruksi nilai serta pelecehan terhadap institusi pesantren,” ujar Sudarto dalam orasinya di lokasi aksi.

Tayangan yang dimaksud menampilkan potongan video Kiai Anwar Manshur dari Pesantren Lirboyo dengan narasi yang dianggap menyesatkan. Dalam cuplikan tersebut, kiai digambarkan secara negatif saat bersalaman dengan santri, disertai narasi “santri rela ngesot demi amplop.”

Sudarto menegaskan, PMII menuntut Trans7 tidak hanya meminta maaf, tetapi juga melakukan evaluasi internal menyeluruh terhadap tim kreatif dan proses editorial. Langkah ini dinilai penting untuk memastikan agar konten yang disiarkan di masa mendatang lebih menghormati nilai agama dan etika sosial.

“Pesantren adalah benteng moral dan identitas keagamaan bangsa. Melecehkan pesantren berarti melecehkan jati diri bangsa Indonesia. Kita harus menjaga marwah pesantren sebagai fondasi karakter bangsa,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, PMII juga mengajak seluruh elemen masyarakat — mulai dari santri, alumni, ormas Islam, hingga civitas akademika — untuk bersatu membela kehormatan kiai dan lembaga pesantren dari upaya yang merendahkan martabatnya.

Sebelumnya, tayangan Xpose Uncensored Trans7 telah menuai kecaman luas di media sosial dan memicu aksi boikot dari sejumlah pihak. Setelah aksi protes dari alumni pesantren berlangsung, gerakan serupa kini meluas di kalangan mahasiswa melalui PMII.

Aksi yang dilakukan PMII menambah tekanan publik terhadap Trans7 agar segera mengambil langkah nyata memperbaiki kebijakan siaran.

Hingga saat ini, Trans7 telah menyampaikan permintaan maaf kepada Pesantren Lirboyo dan berjanji untuk menghadirkan konten yang lebih bertanggung jawab. Namun, publik masih menunggu tindak lanjut manajemen Trans7 dalam bentuk klarifikasi terbuka, evaluasi internal, serta jaminan agar kejadian serupa tidak terulang.

Continue Reading

Metro

M. Windrawaman Imantha: Perkuat Sinergi Menuju Masa Depan Ekonomi yang Lebih Hijau, Inklusif dan Berdaya Saing

Published

on

By

Jakarta, — Di tengah meningkatnya tantangan lingkungan global dan konsumsi sumber daya yang tak terkendali, konsep Shared Responsibility atau Tanggung Jawab Bersama menjadi kunci dalam membangun ekosistem konsumsi berkelanjutan. Melalui semangat kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, komunitas, dan masyarakat, acara bertajuk “Shared Responsibility – Building A Sustainable Consumption Ecosystem” diselenggarakan sebagai wujud komitmen bersama dalam mendorong pola konsumsi yang lebih sadar, efisien, dan beretika.

Acara ini di selenggarakan yang bertempat
di Universitas Trisakti Jakarta, Senin (14/10/2025).
Menghadirkan berbagai narasumber lintas sektor Dr. M. Indrawan Imantha Deputy Director Market Transfomation, Samuel Pablip Ignansius Perwira Business Empagement and Develoment, Aisyah Sileuw President Director, Dr. Wahyuningsih, ME., M.Phil Dewan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Prof.Dr.Ir. Kadarsah Suryadi, DEA Rektor of Universitas Trisakti, Yuvllinda Susanta — mulai dari akademisi, pelaku bisnis hijau, pegiat lingkungan, hingga pembuat kebijakan — yang bersama-sama mendiskusikan langkah konkret dalam menciptakan perubahan sistemik menuju ekonomi sirkular dan konsumsi bertanggung jawab.

Melalui diskusi panel, pameran inovasi hijau, dan peluncuran inisiatif kolaboratif, kegiatan ini menyoroti pentingnya sinergi antara sektor publik dan swasta dalam menciptakan dampak nyata. Pendekatan Shared Responsibility mendorong seluruh pihak untuk mengambil peran — dari produsen yang mengurangi limbah dan emisi, hingga konsumen yang bijak dalam memilih dan menggunakan produk.

Dalam era yang menuntut perubahan cepat menuju keberlanjutan, Dr. M. Windrawaman Imantha D, selaku Transformation Deputy Director Market, menegaskan pentingnya shared responsibility atau tanggung jawab bersama antara pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat dalam membangun ekosistem konsumsi berkelanjutan.

Acara Shared Responsibility – Building A Sustainable Consumption Ecosystem ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk asosiasi ritel, pelaku industri, akademisi, dan lembaga lingkungan. Forum ini menjadi wadah strategis untuk memperkuat sinergi menuju masa depan ekonomi yang lebih hijau, inklusif, dan berdaya saing.

Berbicara dalam forum “Shared Responsibility – Building A Sustainable Consumption Ecosystem”, Dr.M. Windrawaman menyoroti bahwa transformasi pasar tidak hanya soal digitalisasi atau efisiensi rantai pasok, tetapi juga perubahan paradigma menuju pola konsumsi yang ramah lingkungan dan berkeadilan sosial.

“Transformasi pasar berkelanjutan tidak bisa berjalan sendiri. Kita harus membangun kolaborasi lintas sektor — mulai dari produsen, ritel, regulator hingga konsumen — agar setiap tahap rantai nilai membawa dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat,” ujar Dr.M Windrawaman

Ia menjelaskan bahwa pendekatan shared responsibility menjadi kunci dalam mempercepat adaptasi menuju ekonomi hijau. Dengan mendorong transparansi, inovasi produk berkelanjutan, serta edukasi konsumen, pasar Indonesia dapat menjadi motor perubahan menuju konsumsi yang lebih bijak dan bertanggung jawab.

Dalam kesempatan tersebut, Dr.M. Windrawaman Inantha juga menekankan bahwa perubahan perilaku konsumsi tidak bisa hanya digerakkan dari sisi produsen. Konsumen pun memiliki peran penting sebagai driver of change melalui pilihan produk yang mereka beli dan gaya hidup yang mereka terapkan.

Melalui peran transformasionalnya, Dr. M. Windrawaman Inantha D berkomitmen untuk terus mendorong lahirnya kebijakan dan inisiatif nyata dalam membangun pasar yang adaptif, bertanggung jawab, dan berkelanjutan — sebuah langkah konkret menuju Indonesia yang lebih lestari.

Setiap keputusan konsumsi adalah bentuk suara. Ketika masyarakat mulai memilih produk yang berkelanjutan, industri akan menyesuaikan diri. Di situlah kekuatan kolaborasi nyata antara pasar dan masyarakat,” tambahnya.

Acara Shared Responsibility – Building A Sustainable Consumption Ecosystem ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk asosiasi ritel, pelaku industri, akademisi, dan lembaga lingkungan. Forum ini menjadi wadah strategis untuk memperkuat sinergi menuju masa depan ekonomi yang lebih hijau, inklusif, dan berdaya saing.

Melalui peran transformasionalnya, Dr. M. Windrawaman Imantha berkomitmen untuk terus mendorong lahirnya kebijakan dan inisiatif nyata dalam membangun pasar yang adaptif, bertanggung jawab, dan berkelanjutan — sebuah langkah konkret menuju Indonesia yang lebih lestari

Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum penting dalam memperkuat gerakan konsumsi berkelanjutan di Indonesia, sekaligus menumbuhkan kesadaran publik bahwa keberlanjutan bukan hanya tugas pemerintah atau industri, tetapi juga gaya hidup yang harus diterapkan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Continue Reading

Trending