Connect with us

Metro

Farid Sekjen Angkatan Muda Ka’bah (AMK) Kota Bogor Punya Jargon Anak Muda kreativitas Atau Aliansi Muda Kreativitas

Published

on

Jakarta – Hari ini 27 September 2023, Forum Jenggala Menggelar acara Bedah Buku “Merahnya Ajaran Bung Karno: Narasi Pembebasan Ala Indonesia.
Bertempat di Jl. Jenggala II No.4 Jakarta Selatan (Kantor Bappilu PPP).

Farid Sekjen Angkatan Muda Ka’bah (AMK) Kota Bogor menjelaskan bahwa yang paling utama di acara ini adalah sejarahnya.

Sejarah Bung Karno tidak bisa lepas dari kemerdekaan HUT RI atau kemerdekaan Indonesia ini. Lebih ke paham Marhaenisnya Bung Karno yang paling utama.

Bagi kaum milenial lebih cenderung pembangunan moril dan spirit untuk anak muda. Kalau untuk di Bogor sendiri saya konteksnya lebih ke Bogor karena Bogor itu lebih cenderung menonjolkan kreativitas milenial.

Makanya khusus AMK Kota Bogor sendiri itu lebih ke kita punya jargon anak muda kreativitas atau Aliansi Muda Kreativitas,” ujarnya.

Jadi anak muda itu lebih ke milih ke sosok yang milenial dan kreatif, itu sasaran target anak muda Kota Bogor. Jadi jangan lebih ke kolot atau pemikiran yang kolot.

Pemikiran yang muda yang akan kita pilih bagi anak muda yang ada di Kota Bogor. Menurut saya masih minim untuk mengenal Jas merah, makanya dengan kegiatan-kegiatan seperti ini saya kira sangat keren. Karena rata-rata diikuti oleh anak-anak muda,” tuturnya.

Angkatan Muda Ka’bah yang selanjutnya disebut (AMK) adalah Organisasi atau badan otonom yang berada dibawah naungan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dimasing-masing tingkatan kepengurusan PPP mulai dari Pusat Wilayah hingga tingkatan Cabang. Angkatan Muda Ka’bah ini di dirikan di Jakarta tanggal 30 November 1998.

Tujuan di dirikan Angkatan Muda Ka’bah (AMK) ini adalah menghimpun, membina dan menggerakkan potensi pemuda untuk menjadi kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang siap mengemban dan melaksanakan kebijakan PPP dalam rangka memperkokoh eksistensi dan keberlangsungan Partai Persatuan Pembangunan (PPP),” ungkapnya.

Muhammad Iqbal, S.H sebagai Ketua AMK PC Kota Bogor sekaligus Calon Anggota DPRD Bogor Barat, Sekretarisnya saya sendiri Farid, Bendaharanya Syahila dan anggotanya untuk saat ini mencapai 200 orang.

Usianya untuk AMK Kota Bogor, banyak yang bilang Kota Bogor itu paling milenial diseluruh Indonesia menurut para pimpinan pengurus disana. Ada juga yang masih kelas 3 SMA,” ucapnya.

Harapannya mudah-mudahan generasi milenial sekarang sedikit demi sedikit akan memahami sosok Bung Karno dan sejarahnya. Karena banyak anak milenial melupakan sejarah karena modernisasi budaya barat. Saat ini anak muda lebih ke K-POP,” tutupnya.

Continue Reading

Metro

Nicki RV, Produser Eksekutif Film “Haruskah Aku Mati Agar Ayah Kembali” Jelang Penayangan di Bioskop Indonesia 4 Desember 2025

Published

on

By

Jakarta — Menjelang penayangan nasional film “Haruskah Aku Mati Agar Ayah Kembali” pada 4 Desember 2025, Produser Eksekutif Nicki RV menyampaikan pesan penuh harapan dan refleksi kepada publik Indonesia. Film ini, yang diangkat dari kisah nyata, siap menggugah perasaan jutaan penonton dengan isu keluarga, luka batin anak, dan pentingnya kehadiran orang tua dalam masa pertumbuhan.

Nicki RV menegaskan bahwa film ini dibuat bukan hanya sebagai karya seni, tetapi sebagai gerakan kepedulian untuk membuka mata masyarakat terhadap realitas yang sering terlupakan.

Film ini lahir dari kisah yang nyata, dari jeritan hati seorang anak. Kami ingin penonton merasakan, memahami, dan tersentuh bahwa setiap anak berhak mendapatkan cinta, perhatian, dan kehadiran orang tuanya,” ujar Nicki RV.

Sebagai Produser Eksekutif, Nicki RV menyampaikan bahwa proses produksi film ini penuh tantangan emosional. Tim harus memastikan bahwa penyampaian cerita dilakukan dengan peka, menghormati kisah asli, namun tetap menyentuh hati penonton.

“Haruskah Aku Mati Agar Ayah Kembali bukan sekadar judul. Ini adalah kalimat yang mengguncang hati kami sejak awal. Kami ingin seluruh Indonesia menyadari bahwa ada banyak Nia di luar sana—anak-anak yang merindukan keluarga yang utuh,” tambahnya.

Film ini menghadirkan kekuatan sinematis melalui alur yang intens dan akting mendalam dari para pemain. Nicki RV berharap karya ini dapat menjadi bahan diskusi nasional tentang kesehatan mental anak, peran keluarga, dan bagaimana masyarakat bisa lebih peduli

Selain itu, ia mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk memenuhi bioskop pada hari penayangan.

Saya berharap film ini tidak hanya ditonton, tetapi dirasakan. Mari kita jadikan 4 Desember 2025 sebagai momentum untuk menyatukan empati kita. Semoga film ini mampu menginspirasi perubahan kecil dalam keluarga, di lingkungan, bahkan di diri kita masing-masing,” katanya.

Dengan kehadiran film “Haruskah Aku Mati Agar Ayah Kembali”, industri perfilman Indonesia kembali mempersembahkan karya bermakna yang memadukan nilai kemanusiaan dan kualitas sinema yang kuat.

Continue Reading

Metro

Hj. Dra. Elyditra, M.Si., Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan, dan Deti, Pengurus Gebu Minang : Film “Haruskah Aku Mati Agar Ayah Kembali”, Sebuah Kisah Nyata Penuh Luka, Perjuangan, dan Kekuatan Seorang Anak Bernama Nia

Published

on

By

Jakarta, 24 November 2025 — Dua sosok penting dalam Gebu Minang, Hj. Dra. Elyditra, M.Si., Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan, dan Deti, Pengurus Gebu Minang, menyampaikan pesan mendalam terkait film “Haruskah Aku Mati Agar Ayah Kembali”, sebuah film yang mengangkat kisah nyata penuh luka, perjuangan, dan kekuatan seorang anak bernama Nia.

Film ini, yang siap tayang di bioskop seluruh Indonesia, menghadirkan realitas pahit yang dialami banyak anak ketika kehilangan figur orang tua dan menghadapi tekanan psikologis dalam keluarga. Elyditra dan Deti menilai film ini sebagai karya yang mampu membuka mata publik, sekaligus menjadi pengingat pentingnya perlindungan terhadap perempuan dan anak.

Dalam pernyataannya, Hj. Dra. Elyditra, M.Si. menekankan bahwa film ini adalah potret nyata kondisi yang masih sering terjadi di masyarakat.“Ketika seorang anak bertanya ‘Haruskah aku mati agar ayah kembali?’, itu adalah jeritan batin yang tidak boleh kita biarkan. Film ini mengingatkan kita bahwa perempuan dan anak adalah kelompok yang paling rentan. Mereka membutuhkan kasih sayang, perlindungan, dan kepastian hadirnya keluarga yang sehat,” ujar Elyditra.

Sementara itu, Deti memberikan apresiasi kepada seluruh tim produksi yang berani mengangkat kisah sensitif ini agar dapat menjadi bahan refleksi bagi masyarakat luas.

“Film ini menyentuh hati. Tidak hanya menggugah emosi, tetapi juga mengajak kita bertanya: apakah kita sudah cukup peduli terhadap anak-anak di sekitar kita? Semoga film ini menjadi pemantik empati dan menjadi pelajaran bahwa setiap anak berhak bahagia dan merasa dicintai,” ungkap Deti.

Keduanya berharap film ini dapat menjadi jembatan edukasi bagi para orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk memahami lebih dalam dampak psikologis yang ditimbulkan oleh konflik keluarga terhadap anak. Mereka menilai karya ini bisa menjadi penggerak perubahan dalam cara masyarakat memperlakukan dan melindungi anak.

Kami mengajak masyarakat Indonesia untuk menonton film ini, bukan sekadar sebagai hiburan, tetapi sebagai renungan. Mari kita bangun keluarga yang saling menghargai, saling menguatkan, dan bebas dari kekerasan,” tutup Elyditra.

Film “Haruskah Aku Mati Agar Ayah Kembali” diprediksi menjadi salah satu film paling emosional pada tahun ini, membawa pesan kuat tentang kasih sayang, penyembuhan, dan pentingnya kehadiran orang tua dalam kehidupan seorang anak.

Continue Reading

Metro

Darmawel Wakil Ketua Umum UMKM Gebu Minang Bidang Hukum dan HAM Hadir Acara Film “ Harus Aku Mati Agar Ayah Kembali, Nia

Published

on

By

Jakarta, 24 November 2025 — Wakil Ketua Umum UMKM Gebu Minang Bidang Hukum dan HAM, Bapak Darmawel, memberikan pesan kuat dan penuh keadilan terkait film “ Percaya Aku Mati Agar Ayah Kembali, Nia”, sebuah karya yang diangkat dari kisah nyata tentang perjuangan seorang anak dalam kondisi keluarga yang retak dan penuh tekanan emosional.

Dalam pernyataannya, Darmawel menyampaikan bahwa film ini bukan hanya sebuah tontonan, tetapi juga cermin sosial yang menggambarkan betapa rentannya anak-anak ketika menghadapi konflik keluarga, terutama ketika mereka kehilangan sosok ayah atau ibu dalam masa pertumbuhan.

Film ini menjadi alarm bagi kita semua. Ketika seorang anak sampai bertanya ‘Apakah aku mati agar ayah kembali?’, itu berarti ada luka yang sangat dalam. Kita tidak boleh menutup mata. Hukum, masyarakat, dan negara harus hadir untuk memastikan setiap anak terlindungi baik secara fisik maupun psikologis,” ujar Darmawel

Continue Reading

Trending