Connect with us

Metro

Formulasi Besar Untuk Buruh Di Indonesia Untuk Ke Adilan & Kesejahteraan

Published

on

Jakarta – Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia menggelar Seminar & Rakernas Tahun 2020 dengan tema “Merumuskan Gagasan Besar Buruh Indonesia” subtema “Wujudkan Keadilan dan Kesejahteraan Sosial Respon Buruh Terkait Omnibus Law Cilaka di Hotel Grand Cempaka Jakarta, Selasa (11/2/2020).

Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad dalam sambutannya mengatakan Draf Omnibus law cipta kerja belum kami terima. Saya menerima banyak perwakilan dari Serikat pekerja mengenai Omnibus Law cipta kerja.

Dasco menambahkan Kita mencoba terobosan baru kepada pihak terkait untuk membuat inventarisasi masalah. Sehingga Kita ada kesempatan untuk melakukan diskusi secara matang dan tidak perlu turun ke jalan. Yang dianggap bermasalah kita cari titik temu.

UU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja ini untuk kita semua. Gagasan Besar adalah menyatukan kekuatan serikat buruh membuat satu partai. Kita tiru Inggris dan Jerman partai buruhnya sukses ungkap Dasco.

Continue Reading

Metro

Aditya Gumay Sutradara Film Judul“Haruskah Aku Mati Agar Ayah Kembali” Tiket Film Nia Akan Didonasikan Untuk Membangun Rumah Tahfizd Qur’an dan Pesantren Serta Kegiatan Sosial

Published

on

By

Jakarta — Sebuah karya yang menggugah emosi dan membuka mata tentang arti keluarga diluncurkan dengan judul “Haruskah Aku Mati Agar Ayah Kembali”, ditulis oleh Nia, seorang penulis muda yang terinspirasi dari kisah nyata yang terjadi di Ranah Minang. Karya ini menghadirkan perjalanan batin seorang anak yang merindukan sosok ayah, sekaligus menggambarkan realitas sosial yang acap kali tersembunyi di balik budaya, tradisi, dan dinamika keluarga.

Film ini menyoroti perjalanan seorang anak perempuan yang terjebak dalam kerinduan mendalam terhadap sosok ayah yang pergi tanpa kabar. Dalam kebingungan dan luka batin yang terus menganga, sang anak mempertanyakan keberadaannya sendiri “Apakah aku harus mati agar ayah kembali hidup untukku?” Sebuah kalimat yang menggambarkan betapa rapuhnya hati seorang anak yang merindukan kasih sayang.

film Nia juga dibintangi oleh Qya Ditra, Helsi Herlinda, Neno Warisman, Zainal Chaniago, Eka Putri Maharani, Aisyah Zahira, Ida Leman, Machika Eva Luna, Adi Danoe, Diza Refengga dan Syakhi Riez. Dalam film ini juga menghadirkan cameo Menteri Kebudayaan Republik Indonesia dan Gubernur Sumatera Barat sebagai special guest.

Film ini disutradarai oleh Aditya Gumay dan Ronny Mepet dengan produser Ruben Onsu, Aditya Gumay dan Nicki RV. Rencananya sebagian dari hasil penjualan tiket film Nia akan didonasikan untuk membangun Rumah Tahfizd Qur’an dan Pesantren serta kegiatan sosial lainnya.

Dalam karya ini, Nia mengurai kisah pilu seorang anak perempuan yang hidup dalam bayang-bayang kehilangan figur ayah, bukan karena kematian, tetapi karena jarak emosional dan perpisahan yang tak pernah dimengerti. Judul yang kuat “Haruskah Aku Mati Agar Ayah Kembali” menjadi gambaran nyata tentang betapa dalamnya luka yang dirasakan seorang anak ketika ia merasa tidak lagi dianggap, tidak lagi dicari, dan tidak lagi dicintai.

Mengangkat latar budaya Minangkabau yang kaya nilai, karya ini tidak hanya menyuguhkan kesedihan, tetapi juga menghadirkan kekuatan perempuan, keteguhan seorang ibu, serta harapan yang perlahan tumbuh di tengah luka. Pembaca akan dibawa masuk ke suasana kampung, adat, dan kehidupan sosial masyarakat Minang yang menjadi bingkai emosional cerita.

“Film ini saya buat untuk membuka mata kita bahwa luka terdalam seorang anak sering kali lahir dari kepergian seorang ayah. Pertanyaannya, mengapa seorang anak harus merasa ‘mati’ dulu agar sosok ayah kembali melihatnya?”.ujar Aditya Gumay

Aditya mengungkapkan bahwa film ini terinspirasi dari kisah nyata yang ia temui saat melakukan riset mendalam mengenai dampak perceraian orang tua terhadap perkembangan psikologis anak. Cerita dalam film menggambarkan bagaimana seorang anak perempuan berjuang mempertahankan cinta dan keberadaan ayahnya yang memilih pergi, hingga membuatnya terjebak dalam pertanyaan paling gelap: apakah kehilangannya adalah salahnya sendiri?

Menurut Aditya, banyak anak yang tumbuh dengan luka yang tak pernah mereka sampaikan—entah karena takut, malu, atau tidak mengerti cara mengungkapkannya. Film ini ingin memberikan suara kepada mereka.

Karya ini juga menjadi refleksi bagi banyak keluarga di Indonesia, khususnya mengenai pentingnya peran ayah, dampak emosional dari perpisahan, serta suara anak-anak yang sering kali tak terdengar. Melalui bahasa yang mengalir dan kedalaman emosi, Nia berhasil menjadikan kisah nyata ini sebuah karya yang menyentuh dan meninggalkan pesan mendalam.

Aditya mengungkapkan bahwa film ini terinspirasi dari kisah nyata yang ia temui saat melakukan riset mendalam mengenai dampak perceraian orang tua terhadap perkembangan psikologis anak. Cerita dalam film menggambarkan bagaimana seorang anak perempuan berjuang mempertahankan cinta dan keberadaan ayahnya yang memilih pergi, hingga membuatnya terjebak dalam pertanyaan paling gelap: apakah kehilangannya adalah salahnya sendiri?

Menurut Aditya, banyak anak yang tumbuh dengan luka yang tak pernah mereka sampaikan—entah karena takut, malu, atau tidak mengerti cara mengungkapkannya. Film ini ingin memberikan suara kepada mereka.

Haruskah Aku Mati Agar Ayah Kembali” rencananya akan dipublikasikan dalam bentuk buku dan adaptasi visual pendek. Nia berharap karya ini dapat menjadi jembatan empati, membuka percakapan tentang keluarga, dan mengingatkan bahwa cinta anak adalah cinta yang paling jujur dan paling mudah terluka.

Continue Reading

Metro

PT Citra Putra Realty Tbk Paparkan Kinerja dan Strategi Bisnis dalam Paparan Publik 2025

Published

on

By

Jakarta – PT Citra Putra Realty Tbk (CLAY) menggelar acara Paparan Publik Tahun 2025 di Auditorium The City Tower lantai 18, Jakarta, Senin (24/11). Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Direktur Utama Nany Adriani dan Direktur Chairul Umaya yang menyampaikan pemaparan menyeluruh mengenai kinerja perusahaan, perkembangan unit usaha perhotelan, serta rencana strategis perseroan ke depan.

Dalam pemaparannya, manajemen menjelaskan struktur bisnis perseroan di bawah OSO Group, termasuk dua aset utama yang saat ini menjadi kontributor utama pendapatan, yaitu The Stones Hotel di Legian, Bali, dan Clay Hotel di Menteng, Jakarta Pusat. The Stones Hotel memiliki 308 kamar dengan fasilitas lengkap, sementara Clay Hotel memiliki 70 kamar dan berada di pusat bisnis Jakarta.

Manajemen juga memaparkan kinerja keuangan hingga 30 September 2025. Perseroan mencatat total aset sebesar Rp 552,05 miliar, meningkat dibandingkan posisi Desember 2024. Pendapatan perusahaan mencapai Rp 103,57 miliar dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor perhotelan. Meski masih membukukan rugi bersih, manajemen menegaskan bahwa tren pemulihan terus berlanjut dan kinerja operasional hotel mengalami peningkatan dari kuartal ke kuartal.

Selain itu, direksi menyoroti rencana perusahaan untuk mengoptimalkan operasional unit-unit hotel dan melanjutkan pengembangan Rumah Sakit Royal Sukadana sebagai proyek strategis perusahaan pada 2026. Manajemen menegaskan komitmen untuk meningkatkan efisiensi, memperkuat tata kelola, serta menjaga transparansi kepada publik dan para pemegang saham.

Melalui paparan publik ini, PT Citra Putra Realty Tbk berharap seluruh pemangku kepentingan mendapatkan gambaran jelas mengenai posisi keuangan, arah kebijakan perusahaan, dan strategi pengembangan yang sedang dijalankan demi memperkuat pertumbuhan bisnis di tahun-tahun mendatang.

Continue Reading

Metro

Darmawel Wakil Ketua Umum UMKM Gebu Minang Bidang Hukum dan HAM Hadir Acara Film “ Harus Aku Mati Agar Ayah Kembali, Nia

Published

on

By

Jakarta, 24 November 2025 — Wakil Ketua Umum UMKM Gebu Minang Bidang Hukum dan HAM, Bapak Darmawel, memberikan pesan kuat dan penuh keadilan terkait film “ Percaya Aku Mati Agar Ayah Kembali, Nia”, sebuah karya yang diangkat dari kisah nyata tentang perjuangan seorang anak dalam kondisi keluarga yang retak dan penuh tekanan emosional.

Dalam pernyataannya, Darmawel menyampaikan bahwa film ini bukan hanya sebuah tontonan, tetapi juga cermin sosial yang menggambarkan betapa rentannya anak-anak ketika menghadapi konflik keluarga, terutama ketika mereka kehilangan sosok ayah atau ibu dalam masa pertumbuhan.

Film ini menjadi alarm bagi kita semua. Ketika seorang anak sampai bertanya ‘Apakah aku mati agar ayah kembali?’, itu berarti ada luka yang sangat dalam. Kita tidak boleh menutup mata. Hukum, masyarakat, dan negara harus hadir untuk memastikan setiap anak terlindungi baik secara fisik maupun psikologis,” ujar Darmawel

Continue Reading

Trending